Sudah lima bulan lamanya Lia di kota. Dia sudah mulai terbiasa hidup di kota sekarang. Selain itu ia sering sekali membuat kue. Terkadang Winona memesan kue tersebut untuk sebuah acara katanya. Kue basah atau pun kering, Lia bisa membuatnya dan sering mendapat pujian juga karena kue buatannya enak. Masakan dia juga gak kalah enaknya.
"Lia mau dong gurame asam manisnya!" ucap Winona saat mampir ke apartment ketika dia memiliki senggang.
"Yah kak, gak ada loh bahannya belum belanja." keluh Lia. Pasalnya bahan-bahan di rumah juga udah mulai pada abis semuanya.
"Ya udah kita belanja aja yuk?" ajak Winona bersemangat. Jarang-jarang dia seperti sekarang, semenjak kenal Lia dia juga bisa belajar memasak dari dia. Lumayan katanya buat belajar sebelum jadi istri Jevi. Padahal si Jevi juga belum pasti tentang hubungannya dengan Wino.
"Bentar aku ijin mas Jevan dulu!"
Lia segera menelfon Jevan untuk meminta ijin pada suaminya itu. Jevan seminggu ini sibuk makanya dia jarang dateng ke apartment.
"Halo!"
"Assalamualaikum, mas!" ujar Lia seperti biasa.
"Waalaikumsalam. Kenapa?" tanya Jevan tanpa basa basi. Lia bisa mendengar Jevan tidak lagi sendiri sekarang.
"Saya mau pergi sama Kak Winona mas, mau belanja!" ujarnya hati-hati.
"Oh iya, persediaan dapur abis ya!" Jevan baru inget sebagian persediaan dapur abis. "Uangnya cukup?"
"Hm... Gak tau, nanti aku belanjanya buat yang perlu-perlu aja." sahut Lia kemudian.
Lia gak yakin soal uangnya cukup atau tidak jika memang harus mengisi full kulkas di dapur. Meski begitu Jevan memang selalu memberikan uang padanya meskipun Lia jarang sekali menggunakannya. Satu juta sampai dua juta lebih dalam seminggu, hanya Lia gunakan beberapa ratus ribu aja. Mungkin karena Lia pikir tidak apa ia menabungnya, itung-itung untuk jaga-jaga saja.
"Kasih telfonnya ke Winona, biar aku ngomong sama dia!" Lia segera memberikan ponselnya pada Winona.
"Halo Je, kenapa?"
"Isi penuh kulkas ya, kayak biasanya biar gue transfer!"
Winona tersenyum senang. "Siap pak bos, terserah gue kan ya mau di isi apa aja?"
"Iye, tapi gak alkohol semuanya juga!" sahut Jevan yang tau maksud Winona.
Winona nyengir aja. Udah bukan rahasia umum lagi kalo sebagian isi kulkas di apartment itu adalah minuman beralkohol yang biasa Jevan dan teman-temannya minum. Jika kalian pikir mereka gak akan lagi minum-minum di sana. Itu salah besar. Sesekali mereka tetep datang kok, mereka tetap minum ya walau pun gak sampai mabuk aja.
"Ok deh, gue balikin ke Lia dulu!" Winona mengembalikan ponsel itu pada Lia.
"Mas!"
"Nanti gue transfer ke Winona uangnya. Lo terserah deh mau belanja apa aja!"
"Hm... Mas kapan pulang?" tanya Lia pelan. Tersirat rasa rindu di sana. Entah Lia merasa aneh aja pada dirinya.
Terkadang Jevan baru juga pulang, Lia udah nelfon nangis-nangis minta Jevan balik lagi ampe lelaki itu pusing sendiri. Jevan pun terpaksa kembali hanya untuk nenangin Lia aja sebelum akhirnya kembali ke Karina.
"Gak tau, udah dulu gue masih sibuk!" setelah itu Jevan memutuskan panggilan telfon secara sepihak.
Lia terdiam. Winona yang melihat perubahan wajah Lia langsung mendekati wanita itu. Memberikan pelukan hangat agar dia tetap semangat. Lia tersenyum lembut ke arah Winona.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT
FanfictionLiana adalah gadis desa yang hidup sederhana dengan kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia mengenal Jevano Laksha Rajendra yang kemudian dalam waktu singkat berubah status sebagai suaminya. Namun pernikahan ini bukan pernikahan indah sebagaimana...