SEMBILAN BELAS

970 131 52
                                    

Hari itu entah bagaimana drama itu terjadi. Karina sedikit kesal karena tak bisa menggendong Juan dan sedikit menyalahkan Lia saat itu. Padahal bukan maksud Lia melarang Karina buat berdekatan dengan putranya itu. Tidak.

Kenyataannya saat Karina ingin menggendong Juan, saat itu bertepatan dengan Juan yang ingin tidur dan harus Lia susui. Wanita bertudung itu mengatakan pada Karina untuk bersabar sejenak. Setelah terbangun, siapa sangka Juan malah nangis hingga sesenggukan. Anak lelaki pertama Jevan itu seperti enggan untuk digendong orang lain. Alias sedikit rewel.

Ibu dan bapak sudah kembali ke desa beberapa hari yang lalu, jadi tidak ada yang bisa membantu Lia lagi. Sebenarnya Jevan, Karina, Rianti, Winona sudah berusaha membantu Lia merawat buah hatinya. Namun agaknya ada waktu-waktu tertentu dimana anak-anak itu hanya luluh pada ibu yang melahirkan mereka.

"Lo itu kenapa sih Lia? Tadi gue ga boleh gendong Juan karena dia mau tidur. Sekarang sudah bangun pun Lo ngelarang juga!" Karina tampak kesal saat itu.

"Bukan begitu maksud saya mbak, tapi..."

"Halah, bilang aja gak mau anak-anak itu dekat sama gue kan. Iya kan? Aturan lo sadar, kalo lo nahan gini terus, mereka ga akan pernah mau sama gue. Apa jangan-jangan ini akal-akalan lo biar lo gak bisa pisah juga sama Jevan?" Lia terkejut dengan ucapan itu.

"Mbak, kalau bicara tolong hati-hati. Mereka masih kecil. Lagian saya gak bermaksud seperti itu!"

Sakit hati? Jelas. Bahkan Lia tidak pernah berpikir jahat sedikit pun. Jika bukan karena Juan rewel, Lia gak akan seketat itu. Lagian ibu mana yang tega melihat anaknya nangis sampai ia sesenggukan? Tidak ada. Lia merasa sakit jika melihat buah hatinya menangis seperti itu.

Bahkan saat ini Lia masih berusaha menenangkan Juan beserta Julia sekaligus. Gara-gara Juan menangis, Julia juga ikut menangis pada akhirnya. Entah, apa insting anak kembar selalu begitu.

"Kalian ini kenapa ribut-ribut?" Jevan datang. Mungkin karena sudah tak tahan mendengar suara keributan itu.

"Ini Ju..."

"Lia, kayaknya gak suka anak-anak deket sama aku Jevan!" adu Karina, memotong perkataan Lia.

"Bukan begitu mbak!"

"Apa? Nyatanya dari tadi Lo ngelarang gue buat ga gendong Juan. Kalo lo biarin gue gendong Juan. Dia pasti bakal terbiasa sama gue!"

"Bener Lia?"

"Mas, bukan..."

"Seharusnya kamu kasih kesempatan agar Karina mengenal mereka. Supaya mereka juga terbiasa dengan kehadiran Karina sebagai ibu mereka nantinya!"

Deg!

Lia terkejut bukan main. Sekalipun benar yang dikatakan Jevan. Setidaknya Lia gak ingin mendengar pembelaan lelaki itu. Entah, rasanya begitu sakit mendengarnya. Belum juga rasa sakit hatinya sembuh melihat kedua buah hatinya rewel hingga harus menangis seperti itu, orang yang ia harapkan dapat mengerti posisinya malah balik menyerangnya.

"Ini kenapa sih ribut-ribut!" Rianti datang dan masuk mengambil alih Julia yang dibiarkan menangis di tempat tidurnya, sedangkan Lia tetap menggendong Juan saat itu.

Rianti menoleh ke arah Karina dan Jevan kesal, sebelum akhirnya menghampiri Lia. "Kak, mereka panas?"

Pertanyaan Rianti barusan membuat Jevan terkejut. Lelaki itu menoleh ke arah Lia yang sudah meneteskan air mata. Mengangguk membenarkan pertanyaan Rianti barusan. Selain itu, dia tampak tak tega dengan keadaan buah hatinya. Wanita berhijab itu tampak gelisah.

"Iya!"

"Kenapa gak panggil Rianti sih kak, ini kasihan Juan sama Julia sampek harus nangis kaya gini!" tegur Rianti.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang