ENAM

1.1K 137 25
                                    

Warning: Adult alert. Please be good at reading!

______

Jevan menghampiri teman-temannya yang saat ini sedang asik menikmati minuman yang sering membuat peminumnya merasa melayang. Seakan minuman itu adalah minuman terbaik untuk menghilangkan penat mereka. Sebagian dari mereka sudah asik menari dengan beberapa wanita yang sering di sebut ladies night.

"Tumben lu?" tanya Haris heran. Jevan tak menyahuti, dia hanya memanggil pelayan untuk membawakannya minuman.

"Pusing gue!"

"Ya iyalah siapa suruh main belakang!" sindir Haris.

"Gue gak lagi mau berantem ya sama elo!"

"Ris udah sana gak usah gangguin Jevan!" tegur Yosi, Haris pun pergi menjauh dari Jevan. "Ada masalah?"

"Cuma masalah kantor doang, terus rada cekcok sama Karina barusan!" Yosi mengangguk pelan.

"Lu mau balik kemana?" tanya Yosi lagi untuk berjaga-jaga. Pasalnya dia tau, Jevan bukan tipe peminum sedikit. Biasanya kalau dia sudah teler dia akan pergi ke apartemen. Tapi Yosi sengaja menanyakan karena sekarang apartemen itu tidak kosong.

"Apartemen, males gue balik. Gue gak mau denger Karina terus disalahin sama nyokap gue. Tapi gue juga gak bisa biarin Karina nyalahin nyokap!"

Yosi menghela napas pelan. Dia tau bahwa masalah Jevan bukan masalah ringan. Itu kenapa dia enggan untuk cepat menikah, dia ingin bersenang-senang dulu sampai dia puas dan mulai memilih untuk bertanggung jawab.

Yosi akhirnya membiarkan Jevan seorang diri. Dia kembali bergabung dengan teman-temannya yang lain. Sedangkan Jevan terus saja minum tanpa henti, sampai dia sudah tak sanggup lagi menopang kepalanya sendiri.

"Woy gue balik dulu ya. Rik lo urusin Haris sama Henry!" ujar Yosi pada Eriko yang saat itu jadi satu-satunya yang masih sadar dan bisa ditanggung jawabkan untuk membawa teman-temannya meninggalkan klub malam itu.

"Oh ok, mana kunci mobil!" Yosi segera melempar kunci mobilnya karena tadi mereka datang bersama. Sedangkan dia akan menyetir mobil Jevan untuk membawanya pulang ke apartemen dimana ada Lia di sana.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke apartemen. Malam itu Lia terpaksa terbangun karena mendengar suara bel yang berbunyi. Gadis itu buru-buru memakai hijabnya lalu turun untuk melihat siapa yang datang.

"Mas Jevan!" gumamnya saat ia mengintip dari lubang yang ada di pintu apartemen. Gadis itu segera membukakan pintu. "Mas!"

"Hm, maaf ini Jevan..."

"Kakak bawa ke kamar aku ya." Yosi mengangguk pelan. Ia pun segera membawa Jevan ke kamar Lia dengan di bantu Lia tentunya.

Setelah meletakkan Jevan ke tempat tidur mereka berdua keluar kamar. Lia melihat ke arah Yosi sejenak. "Makasih kak, sudah mau bawa mas Jevan ke sini!"

Yosi mengangguk pelan. Lalu kembali melihat ke arah Lia yang membuat gadis itu menunduk, merasa tak nyaman dengan tatapan itu. Melihat respon Lia, Yosi sepenuhnya sadar kalau Lia memang berbeda dengan gadis kota yang ia kenal.

"Ya sudah, gue pamit dulu."

"Iya, terima kasih kak!"

Yosi pun meninggalkan apartemen tersebut. Lia segera menutup pintu dan kembali ke kamar. Gadis itu menatap Jevan sebentar, dia tau Jevan bukan sakit melainkan mabuk. Sudah jelas dari bau Jevan yang sangat menyengat. Bau khas orang mabuk.

Lia melepaskan hijabnya. Menaruhnya ke tempat semula. Namun gadis itu terkejut saat melihat Jevan memeluknya. Gelenyar rasa aneh mulai menjalari tubuhnya, perasaan yang tak pernah Lia rasakan sebelumnya.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang