DUA PULUH DELAPAN

938 151 32
                                    

"Kenapa berhenti di sini mas?" tanya Lia bingung saat melihat mobil Haris menepi di sebuah warung makan sederhana. Lelaki itu tak menyahut. Ia lebih memilih membuka sabuk pengaman yang ia kenakan, sebelum akhirnya berbalik dan membukakan juga milik Lia.

"Ayo!" ujarnya setelah membuka suara.

Mau tak mau Lia pun akhirnya menurut. Mengikuti langkah lelaki itu, berjalan beriringan masuk ke dalam rumah makan tersebut. Mereka duduk di salah satu meja. Banyak sekali lauk yang terpajang. Keduanya pun mendekati sang penjual yang bertugas untuk mengambilkan makanan.

"Mau apa?" tanya Haris. Lia masih tak menyahut.

"Gue lapar, makanya gue bawa lo ke sini!" ucap Haris yang akhirnya menjelaskan.

Lia melihat beberapa lauk sebelum akhirnya menunjuk yang dia mau. Wanita itu juga meminta porsi nasi di kurangi. Haris pun memesan makanan yang dia inginkan. Jika dilihat dari respon sang penjual, lelaki itu sepertinya sudah sering datang ke rumah makan itu.

"Padahal mas Haris bisa makan di rumah Lia!" bisik Lia, takut jika sang penjual mendengar. Haris yang mendengar hal itu tersenyum kecil.

"Gak keburu, gue udah lapar banget!" sahut lelaki itu.

"Tadi niatnya mau makan sama mereka, tapi ada insiden tadi."

"Maaf!" cicit Lia pelan, merasa tak nyaman pada Haris yang akhirnya harus membatalkan rencana makannya demi membantunya kabur dari Jevan.

"It's okay!" ujar Haris yang melihat raut wajah Lia berubah.

"Lo ngapain ke apartemen itu?"

"Ada pesanan kue, tadinya akan di titipkan di lobi. Sang pemilik bilang, Lia harus mengantarkannya langsung!" Haris mengangguk paham.

"Niatnya mau menyapa mas Javi, Lia sudah jarang bertemu. Terlebih tadi mas Javi keluar sambil bergandengan tangan dengan wanita selain mbak Winona!" tuturnya kemudian.

"Namanya maudy, mantan kekasih Javi!"

Lia menoleh, terkejut mendengar fakta itu. Dia tak menyangka Javi mempermainkan Winona dibelakangnya. "Mas Javi gak mungkin setega itu sama mbak Wino, mas!"

"Sepertinya lo di sini yang salah paham!"

"Maksud mas Haris?" tanya Lia penasaran. Namun belum juga Haris menjawab, makanan mereka sudsh datang. Haris menyuruh Lia makan dulu. Lia pun menurut, ia tak enak hati jika harus menyuruh Haris menahan rasa laparnya sekali lagi.

"Nanti gue jelasin!" ujar Haris kemudian yang paham jika Lia saat ini butuh jawaban.

Akhirnya mereka memilih untuk menghentikan pembicaraan. Dentingan piring dan sendok lah yang sesekali terdengar ketika keduanya tak sengaja bergerak terlalu cepat. Lia pun tak berniat menegur, hingga berakhirlah mereka saling terdiam.

"Mau minum apa?" tanya Haris yang sadar bahwa keduanya belum pesan minuman.

"Air putih aja mas."

Setelah mengatakan itu Haris mengambil dua botol air mineral yang memang tersedia sebagai pilihan jika pengunjung tak memesan minuman dalam menu. Lelaki itu membukakan tutup botol air mineral itu sebelum menyodorkannya pada Lia.

Lia menerimanya dengan suka hati. Wanita itu lalu meminumnya seteguk. Ia kemudian menutup kembali botol tersebut. "Mas Haris sering ke sini ya?"

"Hm!" sahut Haris yang kembali menyuapi makanan ke dalam mulutnya sambil mengangguk sebagai jawaban.

"Memangnya tak ada yang memasak di rumah ya mas?"

uhuk!!!

Haris tersedak, Lia buru-buru memberikannya minuman yang langsung di teguk lelaki itu. Ia kemudian menoleh pada Lia yang terlihat khawatir padanya. Lia sendiri terkejut melihat Haris tiba-tiba terbatuk.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang