Winona baru saja sampai di apartemen Javi. Ia melihat lelaki itu juga baru sampai ke apartemennya, di lihat dari baju yang ia kenakan. Dia masih menggunakan setelah jas yang selalu ia gunakan ketika pergi ke kantor.
"Baru pulang?" tanya Winona. Wanita itu menyiapkan makanan yang sengaja ia bawa. Tadinya dia ingin menaruhnya di kulkas jika Javi belum datang.
"Hm!" sahut Javi. Lelaki itu meneguk segelas air putih yang tadi sudah dituangnya ke gelas.
"Gue kan udah bilang gak usah bawain gue makanan!" lanjutnya.
"Ini tuh dari Lia."
"Gue cuma takut gue gak ada di rumah dan gue gak bisa makan makanannya!" Winona menghela napas pelan.
Beberapa waktu terakhir ini Javi memang sering melarangnya untuk datang. Dia juga menolak setiap kali Winona menawarkannya makanan. Mereka pun jarang bertemu pada akhirnya. Winona tau apa penyebabnya. Namun wanita itu memilih tidak terlalu memikirkannya. Sebuah alasan yang tentu hanya akan menyakitinya.
"Kemarin Nawang ngajakin buat liburan, kita ik....."
"Gue sibuk, lo kalo mau pergi gak apa-apa pergi sendiri aja!"
Helaan napas Winona yang memberat akhirnya keluar juga. Bersamaan dengan itu, wanita itu menghentikan kegiatannya lalu menatap ke arah Javi yang masih tenang di tempatnya. "Lo sibuk apa sibuk?"
"Ya gue emang beneran sibuk!" sahut Javi lagi.
"Hahaha!" Winona tertawa hambar.
"Bulshit tau gak. Bilang aja lo sibuk nemuin tuh cewek kan?!" suara Winona meninggi.
Javi menghela napas kasar. "Kalo iya kenapa? Itu kan bukan urusan lo. Lagi pula kita ini cuma..."
"Friend with benefit? Seriously?" Winona menatap Javi tak percaya.
"Okay. Memang gue yang salah selama ini terlalu berharap ke cowok brengsek kayak lo!" Winona beranjak dari tempat duduknya.
"Oh come on, kita udah bicarakan ini sebelumnya dan lo fine fine aja. Lo juga tau kenapa gue gak bisa lepas dari dia!" Javi menoleh ke arah Winona yang kini tengah bersiap pergi. Lelaki itu beranjak dari tempat duduknya.
"Fine, kalo gitu biarin gue jalan sama Bima sebagai gantinya!" Winona berbalik dan menatap ke arah Javi yang kini menatap tak sukanya ke arahnya.
"Gak!"
"Kenapa gak boleh?" tanya Winona yang kini tampak menuntut tapi Javi kembali tak menyahutinya.
"Kalo lo bisa jalan sama dia, kenapa gue gak bisa jalan sama Bima. Kita sama-sama kan?!"
"Gue bilang gak, ya gak!" bentak Javi di sana Winona bisa melihat lelaki itu mengepalkan tangan menahan emosinya. Winona merasa takut sendiri sekarang, mengingat Javi bukan pribadi yang mudah terbakar emosi kecuali Winona mencoba membahas laki-laki lain dihadapan Javi.
"Why? Lo gak pernah bisa jelasin kenapa gue gak boleh jalan sama Bima kan? Lo itu egois Jav!"
"With someone. Siapa pun itu, tapi bukan cowok apalagi cowok itu!" Winona tersenyum remeh.
Dia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Javi. Dulu sekali, mereka masih fine fine aja jika keduanya memilih pergi dengan pasangan yang lain. Ada sosok Bima yang mendekati Winona secara terang-terangan sebelumnya. Mereka bahkan terlihat akrab. Bima sering mengantarkan Winona pulang. Lelaki itu teman sekampus Winona makanya kedekatan mereka terlihat intens di mata Javi.
Jika kalian berpikir Javi dan Winona memiliki hubungan yang spesial jawabannya tidak sama sekali. Mereka benar-benar definisi saling membutuhkan saja. Kejadian itu bermula ketika Javi datang ke sebuah pesta ulang tahun temannya Soni. Hari itu semua teman-temannya datang dengan pasangan masing-masing. Karin dan Jevan, Haris saat itu sedang menjalin pendekatan dengan Kinan, Yasmin sendiri sedang menjalin hubungan dengan si pemilik pesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT
FanfictionLiana adalah gadis desa yang hidup sederhana dengan kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia mengenal Jevano Laksha Rajendra yang kemudian dalam waktu singkat berubah status sebagai suaminya. Namun pernikahan ini bukan pernikahan indah sebagaimana...