Di sini lah Haris dan Lia pada akhirnya. Mereka masih berada di dalam mobil tak jauh dari rumah Lia. Wanita itu tak punya pilihan lain selain memberitahukan alamat terbarunya. Haris menatap sebuah rumah yang bergabung dengan sebuah toko kue.
Di sana cukup terlihat ramai meski toko kue ini tidak berada di pinggir jalan, melainkan masuk ke dalam gang. Ada banyak yang mengantri. Haris akui, masakan Lia memang enak sekali. Dia pernah mencicipinya beberapa waktu lalu. Tak heran jika bisnis kuenya bisa seramai saat ini. Lia menoleh ke arah Haris yang terus menatap ke arah tokonya.
"Mbak Wino sejak awal sudah tau kalau saya ada di sini!"
Haris diam, ia tak ingin berkomentar. Toh sejak awal dia tak perduli. Dia juga tak ingin memberitahu siapa pun tentang dimana Lia berada saat ini. Meski Jevan dan keluarganya masih mencari wanita itu. Iya, Haris mendengar selentingan kabar bahwa Lia kabur dan keluarga Jevan mencarinya. Namun ia tak tertarik ikut campur dengan urusan keluarga itu.
"Mas Haris pasti akan paham jika mas Haris mempunyai anak!"
Haris tersenyum kecil, merasa lucu dengan ucapan Lia yang tidak masuk akal. Anak apa? Dia bahkan sampai detik ini belum menikah. "Tapi gue gak punya anak buat paham dengan kondisi lo!"
"Kalau punya bagaimana?" tanya Lia sambil menekankan ucapannya.
"Apa sih maksud lo?" Lia terdiam.
"Kalau..." cicit Lia pelan karena merasa takut sekarang. Sekelebat ingatan tiba tiba terlintas di benaknya.
Aneh, setiap melihat Haris marah Lia pasti seakan dejavu. Ia merasa lelaki itu pernah marah juga padanya. Namun Lia lupa. Mungkin itu hanya perasaan Lia saja. Mengingat selama ini ia dan Haris tak terlalu bersinggungan. Teman Jevan yang dekat dengan Lia hanya Winona dan Javi, selebihnya hanya sekedar tau saja.
Lia bisa mendengar helaan napas berat Haris. "Sejauh mana lo tau?"
Lia tak menjawab. Ia tak ingin mengatakan apapun. Toh sebenarnya itu bukan urusan Lia. Meski bisa saja Lia mengatakan semuanya pada Haris tentang apa yang ia tau. Oh tidak, tentang apa yang tak sengaja ia tahu. Namun sepertinya ada bagian bagian yang Haris tak tau.
"GUE TANYA SEJAUH MANA!" sentak Haris kesal. Untungnya Haris tidak benar-benar berhenti di depan rumah Lia. Selain itu tak akan ada seorang pun yang bisa mendengarkan percakapan mereka di mobil.
Lia tersentak. Bahkan Harin yang saat itu tertidur di gendongan Lia ikut menangis setelahnya. Lia panik. Ingatan buruk dan ucapan makian itu seakan terdengar di telinga Lia saat ini. Lia meremas bajunya. Wanita itu bahkan tak begitu memperdulikan Harin dan membuat Haris kaget.
"Maaf, saya tidak bermaksud..."
"Li!"
"Maaf...maaf!" beo Lia berulang kali.
Wanita itu sudah menangis. Bahkan kini ia menyatukan tangannya seakan minta maaf pada Haris. Harin terus saja menangis. Haris menghela napas pelan sebelum akhirnya mengambil alih Harin. Selain itu Haris terus memanggil nama Lia agar wanita itu tak panik.
"LIA!" bentak Haris sekali lagi. Memegang tangan Lia dengan kuat.
Lia menoleh menatap Haris yang terlihat frustasi dengan wajah sembabnya. Haris menghela napas pelan. "Anak lo nangis!"
Kali ini Haris mengucapkannya dengan nada lembut. Membuat Lia menoleh ke arah Harin yang kini digendong oleh lelaki dihadapannya. Meski sudah agak tenang. Lia jadi merasa bersalah. Ia buru-buru mengambil alih Harin dan menciumi wajah bayi itu berulang kali. Wanita itu bahkan mengucap maaf karena membuat Harin menangis.
Tak lama setelah itu Harin kembali tenang. Lia menyusui bayi itu di dalam hijabnya. Haris memalingkan wajahnya. Meski ia heran mengapa Lia menyusui bayi itu padahal ia bukan ibunya. Namun Haris menahan rasa penasarannya itu. Meski begitu ia kagum bagaimana Lia terlihat khawatir tadi saat melihat bayi itu nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT
FanfictionLiana adalah gadis desa yang hidup sederhana dengan kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia mengenal Jevano Laksha Rajendra yang kemudian dalam waktu singkat berubah status sebagai suaminya. Namun pernikahan ini bukan pernikahan indah sebagaimana...