SEMBILAN

1K 130 88
                                    

"Mereka sehat-sehat semua!" ucap dokter saat melihat gambar USG di layar monitor.

Jevan mengernyit bingung. "Mereka?"

"Oh... Ibu Lia sedang mengandung anak kembar." jelas si dokter. Lia ternganga tak percaya.

"Serius dok?" ucap Jevan lagi, dokter itu mengangguk membenarkan.

Jevan menoleh ke Lia yang kini sedang menangis sambil memegangi perutnya. Jevan semakin mempererat genggamannya pada Lia. Kini kandungan Lia sudah berjalan selama sepuluh minggu, tapi perutnya sudah tampak sedikit membuncit. Mungkin karena bayi yang ada dalam kandungannya adalah bayi kembar.

Setelah melakukan check up. Keduanya pun kembali ke apartment. Tak lupa Jevan juga membeli beberapa vitamin untuk Lia karena dia cepat lelah.

"Ingat jangan lupa minum vitaminnya. Besok aku bakal ke sini lagi!" ujar Jevan memperingati. Lia mengangguk pelan.

"Iya mas!" sahutnya.

Jevan tak menginap di apartment. Dia datang pagi-pagi sekali sebelum berangkat bekerja. Jika sudah waktunya Lia check up seperti saat ini, lelaki itu akan mengosongkan jadwalnya di kantor.

Beberapa karyawan mungkin bingung, karena Jevan sempat beberapa kali menunda rapat atau pertemuan dengan koleganya yang kemudian harus di gantikan oleh Jevi. Namun bagi Jevi sendiri, dia tak terlalu heran melihat Jevan berlaku demikian.

Jevan kembali ke kantornya tepat jam sebelas siang. Untung saja jarak antara apartment dan kantor itu tidak terlalu jauh. Jadi Jevan sewaktu-waktu masih bisa wara wiri jika tiba-tiba Lia menghubunginya.

"Gimana keadaan Lia?" tanya Jevi penasaran.

"Baik!" ujar Jevan dengan senyuman yang merekah di wajahnya.

"Seneng banget yang mau jadi papa muda!" cibir Jevi kemudian.

"Iya lah, lo cepet nikah makanya biar bisa ngerasain hal yang sama."

"Gak ah ribet, apalagi kalo harus punya dua istri kaya lo!" bisik Jevi kemudian.

"Ck... Jangan kenceng-kenceng!" decak Jevan kesal. "Gue seneng bukan cuma karena Lia hamil." lanjutnya.

"Terus?"

"Tapi karena anak gue kembar!" Jevi terkejut mendengarnya.

"Hah serius lo?"

"Iya!"

"Gila sekalinya dapet langsung dua!" ucap Jevi berseru takjub. "Jenis kelaminnya udah tau?"

"Belum. Gue sengaja gak mau tau biar jadi kejutan sekalian!" ucap Jevan menutup berkas yang dia tanda tangani.

Jevi berpikir sejenak. "Terus lo mau ngasih tau keluarga lo kapan? Keburu perut Lia gede entar!"

"Ah nanti.. Gue bakal kasih tau nanti!"












"Kamu mau kemana lagi?" tanya Karina yang melihat Jevan sudah bersiap untuk pergi lagi.

Tadi Lia ngabarin kalo dia pengen banget dibelikan martabak telur spesial. Makanya Jevan siap-siap keluar, meskipun ini udah jam sepuluh malam.

"Ketemu anak-anak!" ucap Jevan jujur. Anak-anak di sini bukan lagi tentang teman-temannya tapi melainkan anak kandungnya sendiri.

"Malem-malem gini?"

"Iya, udah dulu ya udah di tungguin nih!"

"Je.. Jevan tunggu!" Karina berusaha mengejar langkah cepat Jevan.

Kegaduhan itu berhasil membangunkan Rianti yang saat itu berada di rumah. Rianti itu adalah adik kandung Jevan. Dia masih kuliah sekarang. Melihat Jevan yang pergi tanpa menghiraukan Karina Rianti menghela napas pelan.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang