DELAPAN BELAS

935 130 35
                                    

"Kamu kenapa gak bilang kalau Jevan menduakan kamu, Karin?" bentak Irene setelah mengetahui semua fakta yang terjadi pada anaknya.

"Ini benar-benar penghinaan buat kita, papa gak terima kamu diginiin!"

"Kamu harus meng..."

"Menggugat cerai Jevan?" sanggah Karina cepat. "Gak akan pernah, ma. Bagaimana pun keadaannya Karina gak akan pernah berpisah dengan Jevan!"

"Tapi gak gini caranya, bodoh sekali kamu!"

Karina terdiam melihat bagaimana kedua orang tuanya marah. Jelas mereka marah. Orang tua mana yang rela anaknya di madu, apalagi dengan alasan ia susah untuk hamil. Mereka jelas merasa terhina.

"Tapi tidak dengan menceraikan Jevan, pa!"

"Dengar ya, dokter saja bilang kau itu hanya susah hamil, bukan mandul. Jevan benar-benar keterlaluan. Dia menikah lagi dengan wanita itu saja sudah menandakan kalau dia tidak percaya kamu akan hamil nantinya, Karin!" ucap Irene. Dia memandang sendu putrinya itu.

Karina sendiri sudah menitikkan air mata. Pada kenyataannya, meski ia tidak mandul, dia memang susah untuk hamil. Ralat, Karina pernah hamil namun pada akhirnya keguguran karena kelalaiannya sendiri. Setelah itu ia tidak pernah memiliki tanda-tanda akan hamil lagi.

"Tapi Karin tetap tidak akan menceraikan Jevan!" ucap Karin bersikukuh dengan mengusap wajahnya. "Please ma, pa..."

"Tidak, kamu..."

"Setelah semua perjuangan Karin selama ini untuk menuruti kemauan mama?" Karin menatap ke arah Irene lekat. "Ingat... Jevan dulu tidak akan pernah menikahi Karin. Tidak, tapi mama selalu menyuruh Karin untuk mendekati Jevan hanya karena ingin memperbaiki image keluarga kita. Setelah semua itu, ketika Karin sudah mendapatkan Jevan dan menuruti kemauan kalian. Kalian ingin Karin menceraikan Jevan? No..."

"Terus mau kamu apa sekarang? Kamu akan diem aja?" Karin menggeleng pelan mendengar pertanyaan papanya.

"No, Jevan juga sudah bilang ke Karin hanya sampai usia anak-anak kita cukup. Wanita itu akan pergi dari kehidupan Jevan. Karina juga gak akan membiarkan dia tetap tinggal!" Karina menatap tajam ke arah Irene dan Sandy untuk meyakinkan keduanya.

Karina segera beranjak dari hadapan kedua orang tuanya. Wanita itu pergi ke kamarnya hanya untuk menghindari perdebatan lebih panjang lagi. Helaan napas berat terdengar setelah pintu kamar Karina tertutup. Ia meremas jemarinya dengan gusar.

Perihal janji Jevan untuk meninggalkan Lia, Karina sendiri tak bisa menjamin itu akan benar-benar terjadi. Mengingat bagaimana Lia dan Jevan dekat akhir-akhir ini. Belum lagi restu yang terlihat jelas dari Doni tentu saja akan membuat perpisahan antara keduanya semakin sulit. Selain itu, kehadiran Juan dan Julia akan semakin sulit menggeser kedudukan Lia sekarang.

"Tidak, Karin. Kau saja bisa menyingkirkan Sekar. Lia hanya masalah kecil yang harus kau singkirkan. Ya, kau pasti bisa!" monolog Karina seorang diri.

Lia sedang menemani eyang putri bermain dengan putri kecilnya yang cantik, sedangkan Jevan sedang menyombongkan anaknya yang tampan pada Jevi dan Winona yang tak kunjung ada hilal. Hanya tersisa eyang putri yang stay di rumah Jevan saat ini.

Jika bertanya kemana eyang kakung, jawabannya beliau sudah tiada. Setelah sepeninggalan eyang kakung baru lah eyang putri di boyong ke kota. Makanya rumah besar di desa itu sepi sekarang, mengingat anak anak eyang putri sukses di kota.

"Eyang tidak menyangka kalau Lia yang menjadi istri Jevan." tutur Eyang sambil menggendong Julia dengan sayang.

Lia hanya tersenyum mendengar penuturan itu, sedangkan Jihan ibu Lia menoleh ke arah Lia dan menggenggam tangannya. Ia juga tidak menyangka saat itu Jevan melamar Lia dan berniat menikahinya. Meski pada akhirnya ia tahu maksud dari pernikahan tersebut.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang