LIMA BELAS

1.1K 138 56
                                    

"Setelah ini mau kamu apa Jevan?" tanya Doni menatap Jevan yang saat ini terdiam. Tiffany mendengus kesal sedangkan Karina hanya menunduk. "Bentuk tanggung jawab kamu itu dimana? Seharusnya kalo kamu bikin masalah selesaikan masalah itu."

"Jevan tau, Jevan salah karena gegabah ngambil keputusan secara sepihak!" sahut Jevan.

"Karina bagaimana pendapat kamu?" kini Doni menoleh ke arah Karina yang tampak stress akhir-akhir ini. Wanita itu tak menyahut karena bingung. "Kamu tidak apa jika Jevan menikah dengan Lia?"

"Pa, lagi pula Jevan cuma mau bertanggung jawab sama bayi itu aja. Setelah Lia melahirkan Jevan harus menceraikan Lia sesegera mungkin." ucap Tiffany.

"Diam kamu. Kamu pikir segampang itu masalah selesai. Kemarin kamu gak mau nerima anak itu, hanya karena status dia. Sekarang kamu mau misahin dia dari anaknya?" Doni menatap Tiffany tak percaya.

"Terus kamu mau Jevan punya dua istri dan semua keluarga kita tau itu?"

"Dia yang milih jalan itu. Kenapa gak kalau memang semua keluarga harus tau saat ini juga."

"Gak, mama gak setuju. Mau ditaruh dimana muka mama. Belum lagi gimana nanti respon mami sama papi kalau tau Jevan punya istri dua." Tiffany mendengus kesal.

Kehidupannya yang cukup ketat membuatnya frustasi dulu. Memilih menikahi Doni ketimbang lelaki pilihan kedua orang tuanya udah membuatnya salah di mata keluarganya. Apalagi jika mereka tau anaknya kini menikah lagi tanpa sepengetahuan mereka. Itu benar-benar ide yang sangat buruk.

Tiffany tau, bukan hanya dia yang akan berusaha menjauhkan Lia dari Jevan nantinya. Jika keluarganya tau, itu akan memperburuk keadaan saja. Tidak hanya untuk Jevan dan Tiffany. Tapi juga untuk Lia nanti.

Pernikahan Jevan dan Karina saja udah termasuk pembangkangan yang kedua yang dilakukan kepada keluarga Tiffany. Jelas saja kehadiran Lia bukan hal baik untuk diketahui oleh keluarga Tiffany saat ini.

"Papa tau apa yang akan terjadi pada anak itu jika keluarga mama tau semuanya." Doni menghela napas pelan.

"Jevan anak ku, mereka gak berhak mengusiknya." desah Doni pelan. "Biar aku saja yang menghadapi papi mami nanti."

"Sekali lagi Jevan minta maaf pa."

"Sudahlah, nasi sudah jadi bubur mau bagaimana lagi. Kamu fokus saja pada kehamilan Lia. Karin, kamu jika ada yang ingin disampaikan. Bicarakan sekarang. Biar setelah ini masalah selesai. Apa kamu keberatan?"

Karin menarik napas panjang sebelum berujar. "Tidak, pa. Karina gak masalah. Toh memang salah Karina karena gak bisa hamil!"

Doni menatap ke arah Karina iba. "Jangan bicara seperti itu. Itu bukan salah kamu. Toh nantinya anak yang di kandung oleh Lia akan kalian besarkan bersama!"

Karina mengangkat wajahnya. Lalu tersenyum kecil. "Iya pa!" sahutnya.

Setelah pembicaraan itu, masalah keberadaan Lia sudah selesai. Meski Tiffany tetap tak begitu menyukai Lia, tapi kini dia sudah tak masalah jika Lia datang ke rumah. Karina pun sama, meski dia tak suka dengan keberadaan Lia, sebisa mungkin Karina tak menunjukan rasa suka itu.

Lia tidak tinggal di rumah Jevan. Dia tetap memilih tinggal di apartment. Hanya saja setiap akhir pekan Lia akan menginap di rumah Jevan. Sesuai permintaan Doni. Mengingat kandungan Lia sudah semakin membesar. Sekarang kandungan itu memasuki usia tujuh bulan.

"Hati-hati, kamu ini kenapa sih gak mau diem dari tadi?" gemas Jevan yang melihat Lia mondar-mandir bermain sama kucing di taman.

"Ya abis Mona gemesin banget. Jadi gemes. Aduh!" Lia memegangi perutnya saat ia merasakan tendangan kecil di perutnya.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang