DUA PULUH LIMA

894 142 45
                                    

Sesampainya di rumah Rianti hanya mendapati Juan yang menangis dan berusaha ditenangkan oleh baby sister. Dia sudah mendengar kronologi bagaimana Lia pergi bersama Julia. Telefon wanita itu pun sudah tak bisa Rianti hubungi lagi. Kejadian yang begitu cepat membuatnya lupa dengan Lia. Parahnya suasana sudah tak kondusif lagi.

Ia lupa, Lia bukan wanita sekuat itu. Selain itu sejak beberapa hari yang lalu Lia selalu mengatakan bahwa dia akan merindukan Rianti jika suatu saat ia pergi dari rumah. Rianti pun selalu mengomeli Lia karena berbicara seperti itu. Namun siapa sangka pembicaraan itu menjadi kenyataan. Kini Lia pergi entah kemana, tak berpamitan dan juga tidak meninggalkan sebuah pesan.

Kata asisten rumah tangganya, Lia di antar pergi oleh supir Winona. Winona pun berkata jujur bahwa supirnya mengantarkan Lia ke desa lalu pergi meninggalkannya di sana. Rianti bisa bernapas lega, setidaknya Lia memiliki tujuan untuk pulang. Keluarganya pun akan dengan mudah mencarinya nanti.

Iya nanti, mengingat Jevan dan Papanya masih berada di rumah sakit sekarang. Rianti mendekap tubuh Juan, mengambil alih bayi itu. Merasa iba karena ibu kandungnya meninggalkannya. Namun meski begitu Rianti paham betul kenapa Lia melakukan hal ini. Mengingat Juan adalah cucu laki-laki pertama keluarganya.

Bayangkan saja jika Lia membawa keduanya, Rianti yakin wanita berhijab itu akan semakin di salahkan. Sejak awal Lia sudah sering berkata bahwa kelak Rianti harus terus mengawasi Juan jika dirinya sudah keluar dari rumah Jevan. Mata wanita itu berbinar, seakan sedang menahan tangis saat mengatakannya.

Rianti paham betul meninggalkan buah hati dan tak melihat tumbuh kembangnya pasti sangat menyakitkan. Membayangkan saja sudah membuat Rianti sesak, bagaimana dengan Lia yang saat ini rela melepas Juan seorang diri.

Belum lagi konsekuensi kelak saat Juan tumbuh dewasa dan ia mengetahui fakta ibu kandungnya meninggalkannya seorang diri. Dia pasti mempertanyakan, meminta pertanggung jawaban. Mungkin lebih parahnya, Juan akan membenci ibunya sendiri. Lia pasti akan menanggung itu semua.

Tak lama Doni datang, Rianti pun menceritakan kronologi kejadian. Hingga akhirnya, ayah dua anak itu segera memerintahkan supirnya untuk pergi ke desa Lia. Doni tak ingin Lia pergi, mengingat itu hanya akan menambah masalah. Selain itu, membayangkan cucunya tumbuh dan berkembang tanpa seorang ibu membuatnya sangat sedih.

Di sisi lain, Lia segera pergi meninggalkan rumahnya di desa. Ia hanya menyuruh orang tuanya membawa baju yang akan mereka pakai. Selebihnya Lia sudah mengurusnya di bantu oleh Winona. Lia tak ingin mengambil resiko keberadaannya di ketahui oleh keluarga Jevan.

"Baru sampai kok sudah mau pergi?" tanya tetangga yang masih kerabat jauh dari keluarga ibu Lia saat itu. Namanya ibu Sandra, usianya sedikit lebih tua dari ibunya Jihan.

"Iya bi, Lia dan keluarga akan kembali ke kota."

"Loh pak Suhendra dan Bu Jihan ikut?" Lia mengangguk membenarkan.

"Iya!" sahutnya.

"Bibi pikir kamu akan lama di sini!" ujarnya sedih. Lia tersenyum lembut.

"Lia nanti akan main-main lagi ke desa. Oh iya, Lia titip rumah ya bi." Lia memberikan kunci rumahnya pada wanita itu.

"Loh memangnya lama?"

Lia tersenyum kecil. "Iya, ayah dan ibu sengaja Lia bawa biar bantu Lia rawat anak anak di kota. Nanti kalau ada apa-apa hubungi Lia saja. Hm... tapi bi, jika ada yang bertanya tentang Lia tolong bilang saja Lia pergi dan bibi tidak tau Lia pergi kemana."

Sandra menatap Lia bingung. "Lia akan menjelaskan nanti jika sudah waktunya. Lia harus segera pergi bi. Maaf merepotkan!"

Lia memeluk bi Sandra, orang yang selalu membantu keluarganya selama ini. Sandra sendiri memiliki anak seusia Lia bernama Shasa. Mereka teman sekelas dan sebangku. Maka dari itu mereka sangat dekat, mengingat mereka lahir di tahun yang sama, hanya beda bulan saja.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang