EMPAT

1K 143 36
                                    

Beberapa orang masuk ke dalam apartement Jevan dengan keadaan setengah sadar. Mereka abis ke club malam. Jam sudah menunjukan pukul dua pagi. Beberapa di antara mereka terduduk di sofa ada satu orang dalam kelompok itu yang masih segar bugar.

"Lanjut ronde kedua kagak?" ujar salah satu diantara mereka.

"Oke!" sorak mereka dengan suka cita.

Orang tersebut buru-buru menuju dapur mengambil beberapa botol minuman beralkohol yang memang sengaja mereka stok di sana.  Orang itu melirik tempat sampah di dapur itu. Ada beberapa sampah baru, ia mengerutkan keningnya. Namun tak terlalu memperdulikannya.

"Si Jevan kayaknya abis ke sini deh!" celetuknya setelah kembali dari dapur. "Gue ngeliat ada sampah tuh di dapur!"

"Penat kali istrinya kaga bisa hamil, tau sendiri nyokapnya Jevan udah kebelet punya cucu."

"Hah serius Yos, si Karin kaga bisa hamil?"

"Iya, gue denger dari si Jessi kemarin. Kasihan amat dah si Jevan!"

"Ah bodo ah, mana minumannya anjir!" ujar salah satu dari mereka gak sabaran.

"Nih minum dah noh sepuasnya!" Setelah itu mereka berpesta untuk kedua kalinya.

Lia tersentak dari tidurnya saat mendengar suara kegaduhan di luar kamarnya. Dia yakin itu bukan suara Jevan gadis itu mencoba memberanikan diri mengintip dari pintu kamarnya ketika dia melihat orang asing mendekat ke kamarnya. Gadis itu buru-buru menutup pintu kamarnya lalu menguncinya. Lia bersembunyi di balik tempat tidurnya, meringkuk di sana sambil terisak pelan saat orang tersebut mulai mencoba membuka pintu.

"Bangsat gue kebelet ini siapa sih yang kunci pintu!" dumel orang itu sambil terus berusaha membuka pintu, namun nihil usahanya tak berhasil.

Dia mencoba mencari kunci pintu di laci-laci bufet yang ada di luar kamar itu. Namun nihil kuncinya pun tak ditemukan, itu artinya kamar ini di kunci dari dalam. Orang itu buru-buru mengecek lagi lalu kembali menggedor pintu kamar tersebut. Pasalnya dia tau bukan Jevan yang ada di dalam situ.

"Bangsat, siapa lo? Buka pintunya!" ujarnya sambil terus mencoba mendobraknya.

Lia panik, gadis itu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Mencoba membekap mulutnya agar tak bersuara. Berharap Jevan datang ke rumah malam ini. Dia takut, benar-benar takut. Ia terisak pelan.

"Gue bilang buka bangsat!" kesal orang itu tak sabaran. Dia terus saja menggedor-gedor pintu. Membuat kegaduhan yang sampai di dengar oleh teman-temannya.

"Erik, ngapa tuh si Haris?"

"Mana gue tau Yosi!"

"Ya lo liat lah bambang!"

"Ah elah, kenapa harus gue sih?" gerutu lelaki bernama Erik itu.

"Ya siapa lagi kalo bukan elo, ini lo gak liat gue juga ribet ama Henri juga!"

Mereka semua dalam keadaan setengah sadar semuanya. Makanya rada males buat berdiri. Apalagi nanggepin Haris yang kalo mabuk suka ngamuk-ngamuk gak jelas. Tapi berhubung Erik juga penasaran dan ingin sekali menjitak kepala Haris kalo ini adalah masalah sepele, akhirnya lelaki itu pun berdiri juga untuk menghampiri Haris.

"Satu!" Haris mulai menghitung untuk mendobrak pintu. "Kalo lo gak keluar juga, gue dobrak pintu ini!"

"Dua!"

Brak!!

Pintu kamar itu terdobrak bahkan sebelum hitungan yang ketiga. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Tak ada siapa pun, tapi dia yakin ada seseorang yang menempatinya jika dilihat kasurnya sedikit lusuh. Belum lagi wangi ruangan yang berbeda dari biasanya.

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang