TIGA

1.1K 152 34
                                    

"Mas mau kemana?" tanya Lia saat melihat Jevan sudah bersiap pergi.

Gadis itu dari tadi hanya muter-muterin rumah aja. Bingung dia mau ngapain. Kalau di desa kan dia bisa ke sawah atau ke kebun teh atau melakukan apapun yang bisa ia lakukan. Tapi di sini, dia gak punya kegiatan itu. Gak ada sawah, gak ada kebun, gak ada kegiatan lain yang bisa Lia lakukan. Jujur ini membosankan untuk Lia, dan rasanya gadis itu ingin pulang aja.

"Pergi!"

"Kemana?"

"Bukan urusan lo Lia!" Lia terdiam, ia lupa salah satu syarat dalam perjanjian pernikahan itu adalah Lia tak boleh ikut campur dengan urusan Jevan.

"Kapan pulang?" ujar gadis itu. Jevan menghentikan langkahnya.

"Jangan kemana mana, makanan cari aja di kulkas. Gue gak tau bakal balik kapan."

Lia terdiam, dia meremas tangannya. Gadis itu tak mengatakan apapun lagi. Ia hanya mendekati Jevan lalu mengulurkan tangannya. Jevan mengerutkan keningnya bingung.

"Apa? Oh minta uang. Bentar!"

Jevan mengeluarkan dompetnya. Namun belum sempat lelaki itu mengeluarkan beberapa lembar uang merah, Lia menahannya.

"Lia cuma mau salaman." ujar gadis itu lalu menyalami tangan suaminya. Seperti kebiasaan ibunya setiap bapak pergi untuk bekerja. Lia melakukan hal yang sama pada Jevan yang saat ini hendak pergi dan entah kapan pulangnya.

Jevan tertegun melihat Lia mencium tangannya. Lelaki itu segera menarik tangannya saat Lia sudah melepaskan tangannya. Rasanya aneh mengingat Karina tidak pernah melakukan hal itu. Ada rasa canggung di sana.

"Ya udah gue pergi dulu!"

Lia mengangguk paham. "Hati-hati!"

Setelah Jevan menghilang. Lia termenung menatap setiap ruangan apartemen mewah itu. "Sepi banget, gak kayak di desa!" monolog Lia seorang diri.

Jika di desa akan banyak orang yang berlalu lalang. Lia akan duduk di teras depan menguleni adonan kue yang akan ia jual. Sepulang dari kebun teh, Lia akan berkeliling untuk menjajakan kue buatannya dan ibunya untuk menunjang kehidupan sehari-hari mereka.

Terkadang ia akan pergi ke ladang, mencari sayuran. Mencuci baju di sumur umum desa. Begitulah kegiatan sehari-hari dia. Lia pikir setelah sampai di sini dia akan senang, mengingat tadi ada Winona yang menemani dia dan mengajarkan dia bagaimana menyalakan kompor atau bagaimana cara menggunakan mesin cuci. Tapi sekarang mereka semua sudah tidak ada, dan Jevan pun pergi entah kemana.

Merasa bosan, Lia pun akhirnya memutuskan untuk pergi tidur saja. Gadis itu beranjak pergi ke kamar yang sudah di sediakan untuk dia. Apakah itu kamar Jevan? Bukan, itu hanya kamar di sebelah kamar Jevan. Mereka tidak tidur sekamar.

"Selamat malam Lia!" monolog Lia sebelum pergi menyelami alam mimpinya.

_____

"Jevan!" panggil seseorang yang berhasil membuat langkah Jevan berhenti. Lelaki itu menoleh dan mendapati mamanya melangkah mendekat. "Kapan kamu pulang?"

"Tadi!" sahut Jevan. Dia hendak pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya dan pergi menjemput sang istri, Karina.

"Gimana tawaran mama?"

Jevan menghela napas pelan, selalu seperti ini jika dia berpapasan dengan mamanya. "Jevan gak akan ceraikan Karina, titik. Tapi Jevan janji bakal kasih mama cucu!"

"Hahaha... Gimana caranya Jevan, Karina saja mandul!"

"Ma, cukup. Jangan mama rendahin istri Jevan. Jevan mau pergi jemput Karina, Jevan harap mama gak pernah nyinggung hal ini lagi!"

WEDDING AGREEMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang