"Chapt 7"

3.7K 359 11
                                    

"Chapt 7"












Jeno, yang tak bisa tidur memilih keluar kamar dan berniat mencari sesuatu yang bisa di makan di dapur. Namun langkahnya terhenti saat melihat kamar Haechan yang ada di depan kamarnya.

Langkanya membawa Jeno menuju kamar Haechan dan perlahan tangannya memutar gagang pintu kamar itu.

"Apa dia sudah tidur?" gumam Jeno yang melihat Haechan meringkuk dengan selimut menutupi tubuh mungilnya sampai batas leher.

Jeno, melangkah memasuki kamar Haechan dan berdiri di samping ranjang menatap Haechan dengan mata terpejam dan sedikit sebam.

"Kau menangis?" gumam Jeno mulai berjongkok dan tanpa sadar tangannya terulur menyingkirkan poni halus yang menutupi wajah imut Haechan.

Dan jauh di bawah alam sadar Jeno, tangannya semakin turun dan menyentuh bibir berisi Haechan lalu mengusapnya lembut.

"Ggghhh~" lenguh Haechan yang merasa terganggu oleh sentuhan Jeno dan itu membuat Jeno tersadar dan segera beranjak dari jongkoknya.

Jeno, berdiri terdiam menatap Haechan yang sudah kembali tertidur yang mana itu membuat sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman tanpa ia sadari lalu Jeno memilih keluar dari kamar Haechan.

- - -ooOoo- - -

Prang!

Suara benda jatuh membuat Jeno seketika terbangun dan berlari ke luar kamar menuju sumber suara yang mengagetkannya sehingga dirinya terbangun.

"Kau tak apa? apa ada yang terluka?" tanya Jeno dengan raut wajah khawatir membuat Haechan yang tadinya panik seketika tersenyum.

"Uumm, aku tak apa" ucap Haechan membuat Jeno yang belum sadar dengan apa yang dia lakukan bernafas lega.

"Syukurlah" ucapnya.

Grep!

Jeno, terdiam saat tiba-tiba Haechan memeluknya sambil tersenyum "Hyung mengkhawatirkanku?" tanya Haechan.

"Menyingkirlah!" bentak Jeno sambil mendorong tubuh Haechan menjauh darinya yang mana itu membuat Haechan mengapouthkan bibirnya dengan pipi menggembung.

"Aku mengkhawatirkan panci-panci itu, jangan sampai rusak itu barang mahal, kalau sampai rusak kau harus menggantinya" ucap Jeno yang terdengar tak masuk akal sambil berjalan menjauh dari area dapur.

Sedangkan Haechan yang mendapat omelan dari suami stundere itu malah tersenyum "Hyung, saranghae" ucap Haechan yang tak di gubris oleh Jeno yang tetap berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah kepergian Jeno, Haechan kembali memasak dan merapikan panci-panci yang berantakan di lantai karena dirinya yang kurang tinggi membuat Haechan tak sampai mengambil panci yang ada di atas dan berakhir berantakan.

Tok!

Tok!

Haechan, mencoba mengetuk pintu kamar Jeno saat acara memasaknya selesai dan berniat mengajak Jeno sarapan bersama.

Tok!

Tok!

Tak ada jawaban dari dalam membuat Haechan dengan lancang memutar gagang pintu dan ternyata pintu tak di kunci.

"Hyung?" tanggil Haechan lirih sambil melangkah masuk kedalam kamar Jeno.

"Hyung apa kau di dalam?" ucap Haechan lagi dan dia semakin masuk kedalam kamar Jeno.

Haechan, melihat-lihat isi kamar Jeno dengan terus memanggil Jeno sampai dia mendengar suara gemercik air dari kamar mandi yang artinya Jeno ada di dalam kamar mandi.

"Ah! Hyung sedang mandi, kalau begitu aku juga bersiap ke kampus dan akan mengajaknya sarapan setelah ini" gumam Haechan sambil melangkah akan keluar dari kamar Jeno.

Ting!

Sebuah notif pada ponsel Jeno yang Jeno letakkan di atas lemari kecil di dekat kamar mandi mengalihkan dan menghentikan langkah Haechan.

Haechan, mendekati ponsel Jeno dan meraihnya.

Ddrrrtt...

Haechan, terdiam saat ponsel itu begetar karena ada panggilan masuk dari kontak yang sama dengan yang mengirimkan pesan barusan.

Ddrrrttt...

Karena terus begetar dengan ragu Haechan menggeser ikon hijau dan mendekatkan ponsel pada telinganya.

"Sayang, apa kau hari ini akan menjemputku?"

Haechan, terdiam mendengar suara seseorang dari seberang yang memanggil suaminya dengan sebutan sayang.

"Hallo? Sayang kau mendengarku?"

"M-maaf ini bukan Jeno Hyung"

"Ah! apa ini Jisung? Jisung~aaa tolong beri tahu Hyungmu kalau dalam waktu 15 menit dia tak datang maka kencan kita batal"

Bagai di tusuk ribuan pisau saat Haechan mendengar kata kencan dari orang yang Haechan yakini adalah kekasih Jeno.

"Jisung~aaa kau mendengarku?"

"I-iya nanti aku sampaikan"

Sambungan terputus bersamaan dengan pintu toilet terbuka dan Jeno keluar dari sana.

"Apa yang kau lakukan di sini!?" teriak Jeno sambil merebut ponselnya dari tangan Haechan yang sudah menunduk menahan airmatanya.

"Apa kau punya sopan santun untuk tak masuk kamar orang tanpa izin apalagi mengambil barang yang bukan milikmu?" omel Jeno pada Haechan.

"Apa kau mendengarku?" tanya Jeno yang akan meraih dagu Haechan tapi Haechan lebih dulu menyingkirkan tangan Jeno dan dia berlari keluar dari kamar Jeno dengan airmata yang tak bisa ia tahan lagi.

Brak!

Haechan, membating pintu kamarnya dan berlari menuju ranjang lalu menangis sejadi-jadinya mengingat percakapan singkat dirinya dan kekasih Jeno barusan.

"Kenapa hiks... kenapa harus sesakit ini... KENAPA..!!!" teriak Haechan di sela-sela tangisnya.

"Eomma... apa aku bisa bertahan? Hiks"

Haechan, terus menangis sambil bergumam merutuki kebodohannya yang tak jujur pada orang tuanya tentang Jeno yang sudah memiliki kekasih dan malah menirukan perjodohan itu yang dia pikir dia bisa mengambil hati Jeno dan membuat Jeno meninggalkan kekasihnya yang ternyata dia membuktikan ucapannya sendiri untuk tetap menahan sakit setiap berada di dekat Jeno.

- - -ooOoo- - -

Book yang sangat membagongkan bukan 🤣🤣🤣

"SELFISH" {NoHyuck} || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang