"Chapt 10"

3.9K 346 13
                                    

"Chapt 10"













Jeno, kembali ke apartement dan langsung menuju dapur untuk menyiapkan bubur yang dia beli sebelumya dan sebelum dia memberikannya pada Haechan.

"Kenapa aku lakuin ini?" gumam Jeno saat dirinya baru tersadar apa yang dia lakukan sedari tadi.

"Gak mungkin kan aku suka sama dia? gak..gak.. ini cuma karena aku merasa bersalah membuatnya jadi sakit, cintaku hanya untuk Renjun" gumam Jeno kembali fokus menyangkan buburnya dan langsung membawanya ke kamar.

Cklek!

"Ini buburmu" ucap Jeno tapi tak ada jawaban dari Haechan yang ternyata sudah tidur.

Entah Jeno beli bubur di negara mana sampek Haechan tertidur nungguinnya.

"Lah malah tidur" gumam Jeno meletakkan buburnya di atas nakas dekat ranjang lalu beralih pada Haechan dengan wajah bayi yang terlihat begitu damai saat tidur.

Tanpa sadar Jeno mengarahkan tangannya untuk mengudap pipi gembil Haechan.

"gghh~" lenguh Haechan sambil menarik selimut saat merasakan tangan dingin Jeno menyentuhnya.

Senyum Jeno mengembang melihat itu dan malah mencoba menyentuh Haechan lagi.

"ggghhh~"

Lagi-lagi Haechan moncoba membenarkan posisinya yang mana itu membuat Jeno semakin menarik sudut bibirnya.

"Lucu" gumam Jeno sambil beranjak dari jongkoknya dan berjalan menuju lemari untuk mengambil baju ganti sebelum dia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri setelah dirinya sedikit basah karena terkena hujan.

Hujan? bukannya Jeno punya mobil?

Yups, hujan karena entah bagaimana caranya Jeno bisa mendapatkan nomor ponsel Han dan Jeno menghubungi Han untuk bertanya apa Haechan memiliki langganan makan? dan Han mengatakan kalau Haechan sangat suka bubur kacang di pinggir jalan yang tak jauh dari kampus mereka.

Dan karena tadi Jeno tak mendapatkan parkir yang dekat dengan tukang bubur itu, Jeno memarkirkan mobilnya di seberang jalan dan sialnya tak ada payung di mobil semewah itu yang mengharuskan Jeno berlari menerobos hujan untuk sampai di tukang bubur langganan Haechan.

Aneh bukan kenapa Jeno tiba-tiba seperti itu pada Haechan yang padahal dia mengatakan kalau dia sangat mencintai kekasihnya dan tak akan menerima Haechan.

Jeno, menyelesaikan acaranya mandinya dan dia melihat Haechan yang masih tertidur.

"Kuat banget dia tidurnya" gumam Jeno sambil merjalan mendekati nakas dan mengambil ponselnya sebelum dia berjalan keluar kamar.

Jeno, menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah dan dia menyandarkan kepalanya melihat langit-langit apartemennya sambil mengingat ke jadian beberapa jam lalu di mana dia dan Jongin mengobrol di apartement Jisung.

Flashback oN.

Setelah kepergian Jisung dari kamar, Jeno berjongkok dan menatap dalam wajah Haechan terlihat pucat.

"Maaf sudah membuatmu seperti ini" gumam Jeno sambil menyingkirkan poni halus yang menutupi wajah imut Haechan.

Setelahnya Jeno keluar kamar dan membuatkan Haechan istirahat, Jeno berjalan mendekati Jisung yang sedang menonton tv lalu mendudukkan dirinya di samping Jisung.

"Kau menemukannya di mana?" tanya Jeno.

"Apa perdulimu?"

Jeno, menoleh kearah Jisung dengan tatapan yang sepertinya sedang menahan amarah.

"Apa? bukannya kau sendiri yang bilang kalau menikahinya karena mama mu? lalu apa perdulimu dengannya?" ucap Jisung yang entah kenapa dia begitu emosi dengan sikap Jeno.

Ini adalah kali pertama Jisung melihat Haechan secara langsung karena sebelumya dia hanya tau dari foto yang ada di ponsel eommanya, itupun Jisung memaksa karena penasaran pada Haechan saat eommanya terus bercerita tentang Haechan.

Tapi pertemuan pertama Jisung dan Haechan malah seperti ini, Jisung menemukan Haechan tergeletak di pinggir jalan dekat kantor saat Jisung baru menyelesaikan pekerjaannya dan berniat akan pulang.

Wajah Haechan tak asing baginya meski dia belum pernah bertemu, membuat Jisung berinisiatif mengambil foto dan mengirimkan pada Jeno.

Dan benar saja itu Haechan istru Jeno yang mana Jisung segera mengangkat tubuh Haechan yang tak sadarkan diri itu untuk dia bawa ke apartementnya.

"Kalau kau tak mengharapkannya kau bisa menceraikannya" ucap Jisung lagi yang mana itu membuat Jeno terkejut.

"Apa maksudmu?"

Jisung, berdecak remeh saat mendengar pertanyaan Jeno "kau seorang sarjana dan kau juga CEO cerdas, jadi tak mungkin kau tak paham dengan maksudku" ucap Jisung sambil beranjak dari duduknya, "Dan lagi, kau akan menyesal setelah kau kehilanganya" lanjut Jisung lalu pergi meninggalkan Jeno.

Entah apa yang sedang Jeno pikirkan, yang jelas perkataan terakhir Jisung membuatnya takut, takut tanpa sebab yang jelas dan itu membuat Jeno segera beranjak menuju kamar dan membawa Haechan pulang.

Flashback Off.

"Apa Jisung akan merebutnya dari ku? apa maksud dia aku akan menyesal setelah kehilangannya?" gumam Jeno lagi sambil terus berpikir apa maksud dari perkataan Jisung.

- - -ooOoo- - -

Tak terasa hari sudah berganti dan Haechan mulai membuka matanya yang mana itu membuat wajahnya seketika memerah saat matanya terbuka dia melihat wajah Jeno tepat di hadapannya dan hanya berjarak beberapa centi saja.

"Kau sudah bangun?" tanya Jeno dengan suara serak khas bangun tidur membuat wajah Haechan semakin memerah.

"M-maaf menganggumu" ucap Haechan berniat beranjak dari ranjang namun Jeno sudah lebih dulu menarik pinggangnya.

"Mau kemana? kau belum sembuh jadi jangan berani-berani beranjak dari ranjang ini" ucap Jeno.

Haechan, celingunkan mencari alasan agar bisa terlepas dari Jeno karena dia benar-benar malu sekalarang.

- - -ooOoo- - -

Cciieeekkk lijen mulai pocecip sama adek🤣

"SELFISH" {NoHyuck} || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang