"Chapt 33"
Mark, memilih pergi setelah kedatangan Jaemin yang akan menjaga Haechan. Bukan, mereka gak marahan tapi malah kerjasama buat gantian jagain Haechan. Dan sekarang giliran Jaemin karena Han dan Hyunjin mau kencan dulu katanya jadi bagian mereka berdua ntar malem.
Sebenarnya Haechan hanya satu malam di rumasakit tapi tara khawatir para sahabatnya membuat mereka memilin tetap jagain Haechan dengan cara gantian sampai besok Haechan boleh pulang.
"Chan" panggil Jaemin yang merasa aneh dengan gelagat Haechan yang seperti gelisah menunggu seseorang.
"Ya?"
"Kamu kenapa?"
Haechan, menggelengkan kepalanya "tidak" jawab Haechan tanpa menoleh ke arah Jaemin dan tetap memandangi pintu.
"Kau menunggu kedatangan seseorang?" tanya Jaemin lagi yang akhirnya membuat Haechan menoleh ke arahnya dan mengangguk.
"Jeno, tadi kesini dan dia bilang akan membelikan bubur untukku tapi sampai sekarang dia tak kembali" ucap Haechan berhasil membuat Jaemin menghela nafas.
"Chan~aaa... aku tau ini bukan urusan ku, tapi coba buka matamu, masih banyak orang yang menyayangimu kenapa kau harus menunggunya"
Haechan, menunduk mendengarkan ucapa Jaemin, "karena dia suami ku, aku mencintainya" gumam Haechan.
"Aku tau, tapi lihatlah dia terus membuat hati mu terluka, apa kau akan terus menahannya dan berpura-pura tak terjadi apa-apa?"
Bukannya menjawab Haechan justru mulai menangis karena sejujurnya dia pun lelah tapi rasa cintanya pada Jeno membuatnya kadang lupa kalau dia sedang lelah.
- - -ooOoo- - -
Sedangkan di sisi lain terlihat Jeno dengan Renjun tengah menikmati hembusan angin di sore hari di taman dekat rumasakit.
Loh, kok bisa sama Renjun..??
Flashback oN.
Tak lama setelah kepergian Jeno, Renjun terbangun dan melihat sekitar yang terlihat sepi menyisakan dirinya sendiri.
"Jeno~aaa..!!!" teriak Renjun memastikan kalau dirinya tidak benar-benar sendirian.
"Sayang..!!" karena tak ada jawaban Renjun berteriak sekali lagi. Namun tetap tak ada jawaban karena tak ada satu orang pun di apartement itu selain dirinya.
Renjun, beranjak dari ranjang dan mendari ponselnya berniat menghubungi Jeno dan bertanya kenapa pergi tanpa membangunkannya terlebih dulu.
Ting!
Belum sempat Renjun mencari kontak Jeno, satu pesan dari suster yang menjaga ibunya di rumasakit masuk dan itu membuat Renjun segera membuka pesan itu lalu membacanya.
Mata Renjun membola sempurna dengan mulut terbuka "eomma" gumam Renjun yang langsung melempar ponselnya dan bersiap untuk datang kerumasakit.
Renjun, berlari secepat yang dia bisa menyusuri lorong rumasakit menuju ruangan ibunya di rawat.
Brugh!
Awww~
"Ma- Renjun?!"
Renjun, mendongak dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis "Eomma No eomma" ucap Renjun dengan suara serak.
"Eomma kenapa?"
"Eomma kritis"
Tanpa basa-basi mereka pun lari berdua ke ruang ugd di mana eomma Renjun berada dan Jeno melupakan akan Haechan.
Setelah semua dirasa sudah mulai membaik, Renjun dan Jeno keluar dari ruangan eomma Renjun yang masih berbaring dengan mata tertutup.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Renjun.
"Oh! itu salah satu kariawanku tadi tiba-tiba pingsan" jawab Jeno dan Renjun percaya itu.
"Lalu kenapa kau pergi tak bilang-bilang?"
"Maaf, tadi ada rapat dadakan kan kau terlihat begitu nyenyak jadi aku tak tega membangunkanmu"
Renjun, tersenyum mendengar alasan Jeno yang sepenuhnya hanyalah kebohongan yang Jeno buat.
Jeno, pergi karena teringat Haechan dan ingin mencari keberadaan istrinya dan Jeno berada di rumasakit juga karena Haechan berada di rumasakit yang sama.
"Kau tak sibuk?" tanya Renjun dan Jeno menggelengkan kepalanya melupakan tujuannya yang pergi untuk membelikan Haechan makanan.
"Bisakah kita jalan-jalan sebentar? Kabar eomma ku membuat jantungku sedikir tak tenang"ucap Renjun.
"Tentu, aku sudah berjanji pada eomma untuk selalu ada untukmu" ucap Jeno yang langsung membuka tangannya agar Renjun bisa menggenggamnya dan akhirnya mereka pun pergi dari area rumasakit untuk menenangkan diri atau lebih tepatnya Jeno menemani Renjun menenangkan diri.
Flashback Off.
"Apa hari ini kau bermalam di apartement?" tanya Renjun.
Jeno, menoleh ke arah Renjun yang sedang menutup matanya dan sedikit mengangkat wajahnya menikmati hembusan angin yang menyapa wajah imutnya.
"Kau tak menjaga eomma?"
"Huh?!" Renjun menoleh kearah Jeno "tentu aku akan menjaganya, mangkanya aku bertanya apa kau akan bermalam di apartement atau menemaniku di rumasakit" lajut Renjun.
"Aku akan menemanimu" ucap Jeno membuat Renjun tersenyum senang.
"Kau yang terbaik" ucap Renjun memuji Jeno dan Jeno pun tersenyum.
Mereka terus mengobrol sampai langit mulai gelap dan mereka baru akan beranjak dari taman itu.
"Ah! Jeno~aaa" panggil Renjun membuat langkah Jeno terhenti.
"Kau tau siapa Haechan?" tanya Renjun.
Jeno, terdiam mendengar pertanyaan Renjun yang menanyakan siapa Haechan.
"Haechan?" tanya balik Jeno.
"Uumm... tadi kak Mark mengirimkan pesan kalau dia ada di rumasakit juga dan sedang menjenguk Haechan tapi dia sudah pulang karena ada Jaemin yang menjaga Haechan, lalu saat aku tanya siapa Haechan, kak Mark malah menyuruhku tanya padamu, kalian saling kenal?" ucap Renjun panjang lebar.
"Tidak, aku tak kenal siapa Mark dan jika aku kenal dia, tak mungkin aku cemburu padamu kemarin, dan siapa Haechan aku juga tak mengenalnya" ucap Jeno.
Renjun, mengangguk paham, "oh! Okay, ayo balik ke rumasakit" ucap Renjun sebelum kembali melangkah dan berjalan mendahului Jeno yang mengepalkan tangannya entah karena cemburu Haechan di jaga lelaki lain atau karena apa tak ada yang tau.
- - -ooOoo- - -
Sumpah ya ini Book lama" beneran 100 chapt 🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
"SELFISH" {NoHyuck} || END
Fanfiction"Dia akan tetap menjadi milikku" "Aku akan menahan sakit itu setiap kali bersamanya" Egois adalah salah satu sifat dasar manusia, tapi bagaimana kalau suatu hubungan ada ke egoisan di dalamnya...?? Apakah hubungan itu sanggup untuk bertahan..??? ...