18. Halte bus

44 33 3
                                    

•~❉᯽❉~•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•~❉᯽❉~•

Sudah 30 menit yang lalu pelajaran olahraga baru saja selesai, namun sebagian dari anak-anak kelas 10 ini masih saja asik bermain sepak bola.

Di sana ada Leo terus mengoper dan menendang bola hingga masuk ke gawang lawannya.

"GOL!!"

"GOLLL!!"

Priwtt!

Kini skor menjadi 3:2.

Leo dan teman-temannya pun saling berjabat tangan, mereka hanya bermain bola untuk mengisi waktu luang mereka saja setelah selesai kelas olahraga, jadi teman sekelasnya mengajak Leo untuk bermain bola.

"Keren lo Leo" ucap salah satu teman sekelasnya.

"Detik-detik terakhir padahal" sahut Liam yang merangkul pundak Regan.

Leo hanya tersenyum sambil meneguk air minumnya.

Atensinya teralihkan pada seorang laki-laki yang sedang terduduk sendirian di salah satu kursi penonton.

"Bang Ega" gumamnya.

"Eh bro gue ke sana dulu ya" Leo berpamitan pada teman-temannya yang sedang berbincang-bincang kecil setelah pertandingan bola tadi.

"Oh iya Leo" sahut mereka semua.

Leo berlari menuju Megantara yang duduk sendirian di kursi penonton itu, kemudian Leo duduk di samping abangnya.

Megantara menoleh ke arah Leo yang mengunakan baju olahraga dan wajahnya di banjiri dengan keringat.

"Leo" ujar Megantara melihat kehadiran adiknya.

"Huft... Capek banget bang" nafas Leo tak beraturan.

Megantara menggeleng, "Gimana? menang ga?" tanyanya.

Leo menatap Megantara, dia menaikan alisnya sebelah, "Bang Ega tadi ga liat?"

Megantara mengangkat kedua bahunya.

Leo merotasi matanya, "Menanglah"

Sebenarnya Megantara sudah tau tapi dia ingin saja mengejek adiknya. Tiba-tiba Megantara menaruh ke dua tangannya di bahu Leo, Leo pun sedikit tersentak karena merasakan ada tangan di bahunya. Kemudian Megantara memijit pelan bahu Leo.

[✓] Merangkul Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang