38. Burung kertas

68 32 3
                                    

•~❉᯽❉~•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•~❉᯽❉~•

Hari ini Vanilla selalu kembali mengunjungi Megantara, menemaninya dari fajar hingga petang. Berharap jika Megantara membuka matanya dan yang dia lihat pertama kali adalah dirinya.

Vanilla meletakkan kertas origami warna-warni di atas meja makan rumah sakit, dan ada beberapa kertas origami yang sudah lecek; berkerut-kerut.

Dia duduk di kursi dekat ranjang Megantara sambil memperhatikan vidio tutorial yang dia dapatkan lewat internet di handphonenya. Vanilla mengikuti arahan cara membuat burung kertas, namun hasilnya, Vanilla tidak ahli dalam melipat kertas.

"Susah banget" gumamnya karena kertas origami yang dia lipat selalu tidak sejajar.

"Aku sangat kesulitan karena mu. Kamu sudah berjanji akan mengajarkan ku cara melipat kertas menjadi burung, kan? Jadilah laki-laki yang selalu memegang perkataan, cepatlah bangun dan penuhi janji mu"

Vanilla harus terbiasa melakukan percakapan seperti ini sekarang. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan fakta jika laki-laki yang berbaring di tempat tidur tidak merespon apapun darinya.  

Kesunyian. Bukannya dia mengharapkan hal lain; tapi jejak harapan yang tersisa itu bercokol di dalam dirinya.

"Kenapa jika kamu yang melipat kertas selalu sempurna? Tidak ada kendala apapun. kamu harus mengajari ku"

Vanilla menggeser posisi duduk mendekat kearah ranjang Megantara. Perlahan dia menggenggam tangan dingin Megantara dengan hati-hati.

"Aku ingin memberitahukan mu sesuatu, apakah kamu tertarik dengan hal itu?" Vanilla tau jika Megantara tidak akan pernah menyahuti ucapannya, tapi dia selalu bertanya dan menjawabnya sendiri. Mungkin dengan omong kosongnya, Vanilla bisa menemukan kenyamanan di ruangan ini.

Perlahan-lahan Vanilla menarik nafas dalam-dalam sebelum dia kembali bersuara.

"Setiap kali aku membuka pintu ruangan mu, aku selalu berharap jika kamu sudah membuka matamu. Itu jauh lebih indah dari pada kesunyian yang selalu ku dapatkan setiap kali masuk ke dalam ruangan mu" Vanilla berhenti, air mata tidak terbendung lagi.

Hati Vanilla tercabik-cabik.

"Apakah aku perlu mengingat mu, jika kamu tidak akan pernah pergi meninggalkan ku lagi? Ingat? Kamu selalu berjanji seperti itu, di setiap waktu"

"Aku merindukanmu" Vanilla menekan ciuman lembut di jari-jari Megantara, "Aku sangat merindukanmu, Megantara"

Vanilla menyadari aliran air mata jatuh dengan cepat tangannya yang bebas terulur untuk menyeka air matanya.

"Menyedihkan sekali jadi aku" dia terkekeh tanpa humor.

Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dari luar, mungkinkah dokter Handri akan kembali memeriksa kondisi Megantara? Atau kak Gendra yang datang dan menyuruhnya kembali ke ruangannya?

[✓] Merangkul Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang