39. Hancur

65 32 18
                                    


•~❉᯽❉~•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•~❉᯽❉~•

Tok! Tok! Tok!

Vanilla mengetuk pintu ruangan nomor 115, ruangan anak laki-laki yang kemarin malam dia temui di taman. Dia membawa keranjang buah dan sebuah paper bag kecil.

Sebenarnya Vanilla hari ini sudah di izinkan untuk pulang dari rumah sakit, tapi Vanilla menolaknya. Dia menjadikan ruangannya sebagai tempat tinggal kedua, untungnya itu adalah ruangan khusus untuknya.

Clek!

Pintu di buka oleh seorang wanita paruh dengan senyuman hangatnya, senyuman yang mirip dengan Adian.

"Permisi bu, benarkah ini ruangan Adian" tanya Vanilla dengan ramah.

"Iya benar. Kamu pasti Vanilla ya?" ucap wanita paruh baya itu.

Vanilla tersenyum, "Iya bu"

"Silahkan masuk, Adian ceritain banyak tentang kamu pada saya. Terima kasih ya sudah mau berteman dengan anak saya"

"Sama-sama bu"

Ibunya Adian menutup kembali pintu, dan berjalan ke tempat tidur anaknya.

"Adian liat siapa yang datang" ucap cerah ibunya Adian pada anaknya yang sedang membaca buku cerita di atas kasurnya.

Adian menoleh kearah ibunya sambil menutup buku ceritanya, dengan senyuman cerah yang terpancar di wajahnya.

"Selamat pagi Adian" sapa hangat Vanilla.

Adian tertawa kemudian dia menggerakkan tangannya.

"Selamat pagi juga kak Vanilla cantik"

Vanilla terkekeh membaca gerakan tangan Adian, pipinya sedikit merah.

"Oh iya, ini bu buat Adian" Vanilla menyodorkan kerang yang berisikan buah-buahan kepada ibunya Adian.

"Kamu ga usah repot-repot, bawa buah-buahan segala" sahut ibunya Adian sambil menerima keranjang buah pemberian Vanilla.

"Gapapa bu, biar Adian cepet sembuh" balas Vanilla.

"Silahkan duduk"

Vanilla pun duduk di kursi kemudian meletakkan paper bag itu di atas kasur Adian, kemudian mengeluarkan kertas origami yang di simpan di dalam paper bag itu.

[✓] Merangkul Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang