04. Anak kucing

90 48 4
                                    

•~❉᯽❉~•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•~❉᯽❉~•

Pagi-pagi sekali papah, mamah dan kak Gendra sudah berangkat untuk pergi berlibur di kebun binatang. Vanilla tidak ikut karena tidak ingin merusak acara liburan mereka.

Pagi ini Vanilla sudah sarapan dengan roti dan selai coklat yang di buat oleh bi Indah. Bi Indah adalah pembantu yang sudah berkerja di rumah sebelum kakak Gendra lahir, tentu saja Vanilla pun belum lahir saat itu, dan bi Indah yang merawat Vanilla dan kak Gendra.

Bi Indah memiliki seorang suami yang bernama pak Galih, pak Galih pun berkerja sebagai supir di rumah ini. Tapi sayang sekali tuhan tidak bisa mengaruniai mereka seorang anak meskipun usia mereka hampir tiga puluh tahunan, tapi bi Indah dan pak Galih tetap bersyukur, mereka juga sudah mengurus Vanilla dan Gendra seperti anak mereka sendiri.

Kini Vanilla dalam perjalanan menuju sebuah tempat waktu itu aku bertemu dengan anak laki-laki yang memanjat pohon yang di hiasinya oleh burung kertas warna-warni. Tentu saja dia di temani oleh pak Galih, supir yang selalu mengantarnya dan Gendra ketika berpergian kemana pun dan kapan pun itu.

Ketika dalam perjalanan menuju tempat itu, Vanilla tak sengaja melihat seorang anak laki-laki yang sedang berjongkok di semak-semak, lalu Vanilla menyuruh Galih untuk menghentikan mobilnya.

"Pak berhenti di sini aja" ucap Vanilla yang melihat anak laki-laki di sana.

"Iya non" sahut Galih.

"Kenapa di sini bukan tempatnya masih jauh" baru saja Galih ingin bertanya pada anak majikannya itu, namun tiba-tiba Vanilla membuka pintu mobil lalu menutupnya tanpa mengatakan apapun.

Dia pun melihat jika Vanilla mendekati anak laki-laki yang sedang berjongkok di dekat semak-semak, entah apa yang anak itu lakukan dia hanya menunggu di dalam mobil.

Vanilla sudah menebak anak laki-laki yang berjongkok itu ada anak laki-laki yang memanjat pohon kemarin.

"Kamu?!" kata Vanilla yang berada di belakang anak itu.

Anak itu tak menggubris perkataan Vanilla dia hanya terus-menerus mengamati sesuatu yang ada di dalam semak-semak.

"Eum, kamu yang kemarin kan—" ucap Vanilla lagi.

"Sutt"

Anak itu hanya mengatakan 'sutt' tanpa menoleh ke arahnya, Vanilla pun ikut berjongkok di sampingnya untuk melihat apa yang sedang dia amati.

"Kamu lagi liat apa sih?!" Tanya Vanilla.

"Sutt, liat tuh" anak laki-laki itu mulai membuka suaranya.

"Apaan sih itu, kok kaya?"

"ANAK KUCING, WAH ADA ANAK KUCING" lanjutnya.

Namun tiba-tiba tangan anak laki-laki itu mendekap mulut Vanilla membuatnya sedikit tersentak.

[✓] Merangkul Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang