26. Cedera

75 33 1
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

"Ini apaan bang?"

Leo baru saja datang menghampiri Megantara yang berada di dapur, Megantara baru saja merapihkan piring-piring yang sudah ia cuci tadi.

Dia membuka paper bag yang berada di atas meja makan, lalu mengeluarkannya.

Megantara menoleh ke arah Leo, dia baru menyadari kehadiran adiknya.

"Leo?!" Megantara berjalan menghampiri Leo, dan duduk di sebelahnya.

Dia tidak keberatan jika Leo membuka kotak Tiramisu pemberian Vanilla tadi. Di sana ada dua kotak Tiramisu, jadi satu kotak yang masih utuh itu untuk Leo.

"Dapet dari mana bang?" tanya Leo sambil membuka kotak Tiramisu, "Ini Tiramisu kan?" sambungannya.

Megantara mengangguk dan tersenyum, "Iya itu Tiramisu" lalu Megantara mengambil kotak Tiramisu miliknya yang tersisa separuhnya, dan memakannya.

Leo diam sesaat kemudian dia pun menyuapkan Tiramisu itu pada dirinya, memakannya.

"Enak" batin Leo.

Tiba-tiba Megantara kembali membuka suara, sekedar memecahkan keheningan.

"Ini pemberian dari Vanilla"

Leo yang ingin menyuapkan Tiramisu itu ke dalam mulutnya lagi pun terhenti dengan perkataan Megantara baru saja. Dia mengerutkan keningnya sambil menatap Megantara di sampingnya, tatapan Leo berubah  dari sebelumnya.

"Oh perempuan yang tadi" celetuk Leo, dia merotasi matanya.

"Kata kamu yang ketuk pintu cuman orang yang minta sumbangan?" bingung Megantara.

Leo menghela, "Ya awal aku kira dia orang yang mintain sumbangan gitu, karena dia... Cacat"

Megantara terheran dengan perkataan yang baru keluar dari mulut Leo.

"Kok bang Ega mau sih temenannya ama orang kaya gitu, udah gitu dia pake acara ngasih-ngasih ini lagi, nanti gimana kalau kita ikut ketularan jadi cacat kaya dia" sambung Leo.

Megantara dengan cepat menoleh kearah Leo, dia menautkan kedua alisnya tak menyangka dengan ucapan adiknya.

"Leo, sejak kapan kamu kaya gini? Kok bahasa kamu ga di jaga? Kamu lupa, ibu sama ayah ga pernah ngajarin kita menghina fisik orang lain!" ucap Megantara sedikit menekan perkataannya.

[✓] Merangkul Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang