❝𝐋𝐚𝐲𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠𝐤𝐮𝐥 𝐛𝐞𝐤𝐚𝐬 𝐥𝐮𝐤𝐚❞
Pertemuan masa kecil di bawah pohon Flamboyan yang dihiasi burung kertas warna-warni dan sebuah perjanjian untuk berteman selamanya.
❝𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐚𝐤𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚�...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~~~
Ting! Tong!
Gendra memencet bel rumahnya, rumahnya sangat sepi. Dia baru saja pulang dari rumah sakit menggunakan taksi, Gendra sengaja tidak memberi tau pak Galih dan bi Indah untuk menjemputnya.
Pintu di buka oleh bi Indah, dan betapa terkejutnya saat bi Indah membukakan pintu untuk Gendra, dia tidak tau jika Gendra sudah pulang ke rumah.
"Den Gendra" ucap bi Indah tak menyangka.
"Kok ga ngabarin kalau pulang sekarang. Pasti den Gendra naik taksi ya, padahal den gendra telpon bibi aja biar bibi kasih tau pak Galih supaya jemput aden di bandara" lanjutnya.
Gendra hanya bisa tersenyum, "Kan surprise" jawabnya sambil terkekeh.
Gendra masuk ke dalam rumahnya sambil menyeret sebuah koper yang dia bawa. Kemudian bi Indah mengambil alih koper itu.
"Sini biar bibi aja, kamu duduk istirahat ya" ucap bi Indah, "Gantengnya bibi ga boleh kecapean"
Gendra terkekeh dengan ucapan bi Indah, kemudian dia melihat kearah tangga rumahnya, Gendra bingung kenapa Vanilla belum juga turun padahal setiap ada seseorang yang menekan bel rumahnya Vanilla dengan cepat melihat siapa yang datang ke rumahnya tapi dimana dia sekarang? Apakah dia sedang tidur siang?
"Eum bi Indah, Vanilla mana?" tanya Gendra.
"Tadi pagi non Vanilla udah rapih, katanya mau bikin kue sama temannya" jawab bi Indah.
Gendra mengerutkan keningnya, "Siapa?"
"Anu kayanya laki-laki yang waktu itu naik sepeda deh" ucap bi Indah.
Gendra terdiam beberapa saat, kemudian dia langsung bergegas mengambil kunci motor yang berada di laci di dekatnya. Dan langsung berjalan ke pintu utamanya. Kali ini Gendra mengendari motor sport miliknya, bukan apa-apa dia hanya tidak ingin terkena macet di jalan jika mengendarai mobil, dia lebih memilih naik motor karena bisa menyalip.
Saat membuka garasi untuk mengeluarkan motornya, tiba-tiba di sana ada pak Galih yang sedang membersihkan mobil majikannya. Pak Galih juga terkejut ketika melihat Gendra yang baru saja datang dan langsung mengeluarkan motor sportnya.
"Den Gendra mau kemana?" bingung pak Galih.
"Mau keluar dulu sebentar pak" Gendra langsung memakai helm full face nya dan langsung menaiki motornya, kemudian dia langsung melaju dengan kecepatan rata-rata.