36. Koma

115 32 10
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Vanilla kembali membuka matanya, dia baru saja tersadar dari pingsannya. Hal pertama yang dia lihat adalah ruangan serba putih yang tidak asing lagi baginya, tangannya di pasang infusan dan Pulse oximeter yang terpasang di ujung jarinya.

Tidak ada siapapun di ruangannya, hanya dirinya sendirian. Tiba-tiba pikirannya memutar kejadian yang mengerikan itu. 

Vanilla bahkan tidak mengingat bagaimana bisa dia bisa berada di rumah sakit— Apakah dia baru saja bermimpi buruk? Mungkinkah kejadian mengerikan itu tidak pernah terjadi? Tapi kejadian mengerikan itu seperti nyata bukanlah angan-angan atau bunga tidurnya.

Kemudian ada seorang suster baru saja masuk ke dalam ruangannya sambil membawa sebuah nampan yang berisi obat-obatan dan catatan tab-nya.

Suster itu berdiri di sisi ranjangnya, sambil memantau Monitor Holter, lalu mencatatnya.

"Bagaimana keadaan anda? Apakah ada yang terluka?" tanya sang suster dengan ramah.

"Aku baik-baik saja" jawab Vanilla dengan suara paraunya.

Suster tersenyum tipis sambil mengangguk kecil.

"Tadi aku bermimpi, dan mimpi itu sangat mengerikan" timpalnya.

"Anda harus beristirahat dengan cukup" sang suster tersebut membatu Vanilla untuk kembali berbaring di ranjangnya, tapi Vanilla menolaknya.

"Sejak kapan aku berada di sini?"

Suster itu terdiam sesaat jika dia tidak mengatakan hal yang sebenarnya, Vanilla akan terus-menerus bertanya padanya. Dia memang sudah mengenal sifat dari pasien pribadi dokter Haren.

"Siang tadi anda di bawa mengunakan ambulans bersamaan dengan seorang laki-laki yang di tabrak oleh sebuah mobil" sahut sang suster, dia tidak mengetahui nama dari pasien laki-laki yang datang bersamaan dengan Vanilla, dan bagaimana bisa juga mereka di bawa mengunakan satu ambulans.

"Laki-laki yang tertabrak mobil?! Bagaimana bisa, itu juga terjadi di mimpiku"

Sekarang ini yang memenuhi pikirannya hanyalah Megantara. Laki-laki yang dia lihat di dalam mimpinya.

Vanilla mencabut infusan yang terpasang di tangannya, dan juga Pulse oximeter. Sang suster terkejut melihat Vanilla, dia juga mencoba menahan Vanilla agar tidak turun dari ranjangnya.

"Anda harus beristirahat"

Vanilla beruntung memiliki kaki palsu yang sangat kuat, dia masih bisa berdiri walaupun kaki kanan masih terasa kram.

"Tolong jangan halangi ku, aku ingin bertemu dengannya" kata Vanilla.

"Tapi anda harus—"

"KASIH TAU DIMANA RUANGANNYA!!" teriak Vanilla dengan frustasi.

[✓] Merangkul Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang