20-Kemoterapi

353 167 96
                                    

Rea menggerutu sebal, Kang Ojol yang ditunggunya tidak kunjung datang. Ia menoleh ke kanan dan kiri, halte sudah sepi. Ada yang sebagian pulang, dan ada yang masih di sekolah, mengikuti ekstrakurikuler.

Ngomong ngomong nih, tadi Ansel meminta maaf karena tidak bisa mengantarkannya, karena hari ini laki-laki itu ada jadwal ekstrakurikuler basket.

Pengennya sih, gak ikut. Tapi kalau dipikir-pikir, beberapa minggu lagi ada lomba basket antar SMA. Dan parahnya, SMA Antariksa yang akan menjadi tuan rumah periode tahun ini.

Lagian Ansel ketua basket, yakali mau memberikan contoh yang jelek buat anggotanya.

"Dengan Mbak Rea, ya?" Tanya laki-laki dengan motor metic-nya.

"Iya." Rea memakai helm yang diberikan oleh Kang Ojol.

Tanpa sengaja Rea melihat seseorang yang berada di balik pohon. Firasatnya, orang itu sedang mengintai gerak geriknya.

Ia dibuat semakin ngeri dengan situasi ini, bulu kuduknya meremang. Buru-buru dia menaiki motor matic, dan menyuruh Kang Ojol untuk ngebut.

Gue yakin penguntit tadi pasti ada sangkut pautnya sama kotak hitam yang hilang dengan misterius!

"Yaelah, macet segala!" Gerutu Kang Ojol sambil melihat ke arah depan.

Suara klakson kendaraan saut menyaut menambah bisingnya jalanan kali ini. Ntah apa yang membuat macet.

Gadis itu menghela nafas, setelah melihat ke arah belakang. Syukur deh, penguntit tadi tidak mengikutinya lagi.

Huftt!

Baru saja ia merasa lega, tiba-tiba ada saja kejadian yang membuatnya ketakutan bukan main.

Di pinggir jalan, tepatnya sebuah rumah yang sedang banyak didatangi oleh orang orang yang memakai peci, kerudung, bahkan pakaian serba hitam. Tak lupa dengan suara tangisan dan terdapat bendera warna putih di depan rumahnya.

Ya, sepertinya orang orang yang berada di sana sedang berduka.

"Mbak Rea, gapapa?" Tanya Kang Ojol itu memastikan.

Tangan Rea gemetar ketakutan, wajahnya pucat, keringat mengucur deras di dahinya.

Dia menghiraukan pertanyaan dari Kang Ojol. Pikirannya sekarang dipenuhi dengan hal-hal mengenai kematian.

Arghh!!

Dirinya berteriak histeris sambil memegangi kepalanya yang terasa pening.

G-gue capek!

Tubuhnya lemas tak berdaya dan Rea pingsan seketika.

•••

Dokter perempuan baru saja selesai mengecek keadaan seorang laki-laki yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang.

"Riska, bagaimana keadaan Aksa?"

Iya, laki-laki yang berada di Rumah Sakit saat ini adalah Aksa.

Orang tuanya cemas, karena tanpa sebab anak semata wayangnya pingsan dengan darah kental yang mengalir di hidungnya.

"Om, Tante, bisa ikut ke ruangan Riska sebentar?" Tanya Riska menatap keduanya bergantian. Marvel dan Vina mengangguk paham.

Tanpa disadari, Aksa membututi ketiganya sampai ke depan pintu ruangan Riska. Laki-laki itu sebenarnya sudah siuman sejak beberapa menit lalu, tapi dirinya enggan membuka mata.

ALGORITMA [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang