Ternyata sesakit ini jatuh cinta kepada seseorang yang hanya dapat jatuhnya doang, cintanya mah enggak!
•••
Aksa POV.
Hari ini dirinya mempunyai jadwal kemoterapi di Rumah Sakit. Tadinya ia ingin berangkat sekolah saja, tapi Bunda dan Ayahnya itu yang memaksa agar menjalani kemo.
Kemoterapi? Haha! Apa yang kalian harapkan dari itu? Sembuh? Harapannya cuma sedikit yang berhasil sembuh total. Sebagian besar kemo hanya akan memperpanjang waktu hidup seseorang.
Dan jelas, Aksa tidak mau. Karena semakin lama dia hidup, semakin lama pula dirinya menjadi beban Ayah dan Bundanya. Baginya, ia hanya benalu yang selalu saja menyusahkan orang tersayangnya.
Aksa, laki-laki itu sedang terbaring lemas di ranjang Rumah Sakit setelah menjalani kemo yang sangat menguras tenaga.
Wajahnya mendongak menatap langit-langit ruangan seraya memprediksi peristiwa peristiwa yang akan dialami selanjutnya.
Katanya, manusia harus mempunyai tujuan dalam hidupnya. Itu semua sangat berbanding terbalik dengan Aksa yang tak tau arah. Lantas, apa tujuan hidup yang ingin dirinya capai?
Mati. Tujuan hidupnya, mungkin.
Dengan mati dia tidak akan merasa sakit lagi, tidak perlu berbohong bahwa dirinya baik-baik saja, dan tidak perlu berekspresi tinggi terhadap dunia yang penuh fana ini.
Dunia penuh tipu-tipu sangat memuakkan!
"Kenapa Tuhan tidak mengambilnya saja?" Pikirnya. Tanpa sadar cairan bening keluar dari pelupuk matanya dan dengan kasar ia menghapusnya.
Bolehkah aku lelah? Lelah dengan ketidakadilan semesta ini. Dirinya ingin pergi jauh dari dunia dan membuka lembaran baru di kehidupan selanjutnya dengan gadisnya, Rea.
Tapi apa mungkin?
Ngomong-ngomong soal Rea, Aksa merasa pesimis jika dia bisa hidup bahagia bersama gadisnya. Jangankan untuk hidup menua bersama, nama yang sekarang terukir dihati Rea saja masih orang lain.
Huh! Menyebalkan bukan? Ingin cemburu tapi tidak punya hak karena bukan siapa-siapanya.
Aku percaya kok sama takdir. Takdir yang membolak-balikkan hati manusianya, yang tadinya benci menjadi cinta dan begitupun sebaliknya, serta yang sebatas teman menjadi tujuan hidup atau pelabuhan terakhir bagi seorang pejuang cinta.
Tidak semua cinta pertama itu menjadi pelabuhan terakhir dan menetap. Ada kalanya, seorang pejuang cinta berkelana dari satu hati ke hati lainnya, hanya untuk mencari tempat ternyaman sekaligus menjadi tempat persinggahan dan rumah terakhir baginya.
Itu yang dinamakan pejuang cinta sejati.
Manusia tau hatinya akan berlabuh ke mana dan pada siapa pula ia menjatuhkan hati. Tapi perlu diingat, jika kamu siap jatuh hati, kamu juga harus siap dengan resiko patah hati!
"Bagaimana dengan keadaanmu, Sa?" Tanya seseorang yang memakai jas berwarna putih kebesaran seraya melangkahkan kakinya menuju ranjang.
"Jauh lebih baik." Balas Aksa melengkungkan garis bibirnya keatas. Senyuman terpaksa yang terbit dari bibir pucatnya.
Seseorang itu mengangguk. "Ya sudah, saya tinggal ya? Kalau ada apa-apa bilang saja." Ujarnya.
"Tante Riska?" Panggil Aksa ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGORITMA [SELESAI]✓
Teen FictionLepas-Ikhlas-Tuntas. Terimakasih telah membuat cerita singkat bersamaku kemarin. ••• Selamat bertemu di titik terbaik menurut takdir. ••• Ini tentang Ansel Arganta Aldridge, si kepala batu yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Dan juga tenta...