Eugh!
Rea terbangun dari tidurnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru arah. Ruangan yang tadi seperti kapal pecah karenanya, sekarang sudah bersih. Siapa lagi kalo bukan ulah kedua sahabatnya itu.
Tanpa sadar senyumnya kembali terbit, kala melihat dua laki-laki tampan yang tertidur di karpet dengan keadaan televisi yang menyala.
Tuhan, aku bahagia dengan hadirnya mereka berdua.
Terimakasih karenamu aku bisa bertemu dengan manusia manusia baik seperti mereka yang kini menjadi sahabatku.
Setidaknya hari-hari pahit yang aku jalani tidak terlalu sakit, karena mereka adalah alasanku untuk bisa bangkit dan tersenyum seperti sekarang.
Tiba-tiba ide cemerlang terlintas dibenaknya. Memoles wajah mereka dengan sedikit make up pastinya boleh dong?
Rea mengambil semua set alat make up miliknya. Lalu, memoles wajah mereka layaknya barang percobaan.
Setelah puas mencorat-coret wajah sahabatnya, ia membangunkan keduanya, tak lupa dengan cermin ditangannya.
"Kenapa, Sya?" Tanya mereka masih setengah sadar sambil duduk.
"Gue baru habis bikin seni. Kalian mau lihat gak?" Tanya Rea antusias.
"Gak ah, gue mau tidur. Masih ngantuk." Balas Arvind yang diangguki Aksa. Lalu, berniat membaringkan tubuhnya kembali, namun tangan mereka segera Rea tarik.
"Lihat dulu ih!" Katanya sebal sambil menyerahkan cermin kepada mereka.
AAAAA!!
Aksa dan Arvind berteriak kaget, setelah melihat pantulan dirinya di cermin. Bukan terkesima, melainkan wajahnya yang penuh dengan coretan lipstik.
Hampir mirip bencong yang sering dijumpainya di pinggir jalan. Cuma hampir mirip, bukan bencong beneran loh, ya!
Rea? Gadis itu sudah berlari ngacir duluan menjauhi mereka sambil memegangi perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa.
Emang kurang ajar!
"Sa, kalo dipikir-pikir gue tambah tampan aja didandani kayak begini." Ucap Arvind dengan pede sambil terus melihat pantulan wajah di cermin.
"Serah lo, Arpindi." Balas Aksa melenggang pergi, berjalan kearah Rea yang masih tertawa.
"Puas ngerjainnya, hm?" Tanya Aksa mengintimidasi. Rea meringis menanggapinya.
"Gue sama Arvind gapapa dijadikan bahan percobaan make up sama lo. Ya, gak, Pind?"
"Yoii." Balas Arvind menyaut.
"Gue selalu stay disamping lo, jangan pernah ngerasa sendiri. Apapun itu yang bisa bikin lo bahagia, akan gue lakuin." Kata Aksa tersenyum manis.
Terimakasih setidaknya itu adalah kalimat penenang bagi gue saat ini.
Suatu saat pasti kalian bakal sibuk ngurusin kehidupan masing-masing. Apa mungkin gue masih bisa ngerasain perhatian kalian begini dikedepannya?
Canda, tawa, dan tangis bersama lagi?
Kadang kalian pernah bimbang gak sama hati sendiri? Iya, perasaan semu!
Mencintai orang lain mah oke-oke aja. Lah, kalo mencintai sahabat sendiri gimana?
Friendzone, ruwet sih!
Beuh! Resikonya bikin stres. Banyak pertimbangan yang emang harus dipikir secara matang.
Resiko pertama. Perasaan nyaman.
Perasaan yang kerap terjadi dalam persahabatan. Sangking nyamannya, sampe bingung sama perasaan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGORITMA [SELESAI]✓
Novela JuvenilLepas-Ikhlas-Tuntas. Terimakasih telah membuat cerita singkat bersamaku kemarin. ••• Selamat bertemu di titik terbaik menurut takdir. ••• Ini tentang Ansel Arganta Aldridge, si kepala batu yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Dan juga tenta...