Dear cokelat silverqueen, kamu itu enak, manis, dan bikin nagih. Tapi sayangnya sekali patah sulit untuk nyatuin lagi kayak hati.
•••
Sudah tiga hari Rea mengurung diri di kamar dan selama itu juga ia tidak masuk sekolah. Padahal lomba Olimpiade Kimia sudah dekat. Dirinya hanya ingin di kamar tanpa mau keluar, karena itu hanya akan membuat semakin teringat dengan Aksa.
Bahkan selera makannya tiba-tiba hilang begitu saja. Rea menatap salah satu foto polaroid yang tak jauh darinya dengan senyum getir. "Jahat banget lo pergi ninggalin gue."
Tangan gadis itu meraih foto polaroid yang terdapat anak laki-laki dan perempuan yang sedang tersenyum candid menghadap kamera.
"Gue gak tau, Sa, gue gak tau setelah ini arahnya kemana. Gak ada yang menemani gue untuk melangkah bersama, gak ada lagi yang menegur gue dikala gue salah arah. Gue nyerah, Sa." Kata Rea seraya mengelus foto polaroid itu.
"Tanpa sadar gue selalu bergantung sama lo, dan disaat lo pergi ninggalin gue kayak sekarang, gue rapuh, gue hancur, gue kehilangan belahan jiwa gue."
Mata sembabnya tak kembali mengeluarkan tangis. Begitu banyak air mata yang ia keluarkan semalam hanya untuk melampiaskan emosi kepada dirinya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
"Nak, Mama boleh masuk?"
"Masuk aja, Mah." Balas Rea dengan suara parau.
Setelah mendapat izin, Rena membuka pelan pintu kamar anaknya. Tubuh yang kian kurus tak terurus, kedua mata sembab dan bengkak, serta wajah cantiknya yang pucat pasi, membuat Rena yang melihatnya tak tega.
Justru pemandangan yang didepannya kali ini sangat menyesakkan dada. Ibu mana yang tidak sakit, ketika melihat anak satu-satunya rapuh seperti saat ini.
Kehilangan itu bukan hal yang mudah. Apalagi kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup orang itu sendiri. Yang tiap hari selalu bersama melewati lika-liku kehidupan, saling berbagi cerita satu sama lain, dan tiba-tiba orang itu pergi untuk selamanya tanpa berpamitan.
Coba bayangin, betapa hancurnya hati kecil ini saat mengetahui kenyataan bahwa dia pergi dan gak akan kembali lagi. Tanpa pernah terpikir dalam benak, setiap manusia pasti akan berpulang menghadap ilahi.
Saya cuma mau bilang, kehilangan itu fase paling berat dalam hidup. Dan kalau boleh request, untuk tahun ini dan tahun berikutnya, jika saya berbuat salah, tolong jangan tegur saya lewat kehilangan seseorang lagi.
Rena berjalan mendekati anaknya seraya membawa nampan berisi makanan dan segelas minuman cokelat panas.
"Rea, makan dulu ya?"
"Rea gak lapar, Mah."
"Tapi dari kemarin kamu gak makan. Mama gak mau kamu sakit. Makan ya? Mama suapin!" Mau tidak mau akhirnya Rea membuka mulutnya untuk menerima suapan makanan dari Mamanya.
"Kamu mau berangkat ke sekolahnya mulai kapan? Bukannya sebentar lagi lomba Olimpiade Kimia akan diadakan? Tanya Rena berusaha mencairkan suasana di ruangan.
Rea menghembuskan nafas lelah sambil menatap langit-langit kamarnya. "Kayaknya Rea bakal ngundurin diri dari Olimpiade Kimia, Mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGORITMA [SELESAI]✓
Teen FictionLepas-Ikhlas-Tuntas. Terimakasih telah membuat cerita singkat bersamaku kemarin. ••• Selamat bertemu di titik terbaik menurut takdir. ••• Ini tentang Ansel Arganta Aldridge, si kepala batu yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Dan juga tenta...