Minggu pagi, Rea berniat ikut bersama anak-anak basecamp melakukan kegiatan rutin, ke panti asuhan.
Klik!
Jepitan hitam polos terpasang sempurna di rambut Rea. Ia juga menggerai rambut indah sebahunya.
Padahal jam masih menunjukkan pukul 04.00 AM, yang artinya masih begitu pagi. Tapi, dirinya sudah selesai bersiap siap.
Tadi, sempet dia kebingungan memilih pakaian yang akan digunakan hari ini, bahkan sampai menghabiskan waktu satu setengah jam.
Setelah menimbang-nimbang pilihannya jatuh ke kaos putih polos dengan dipadukan jaket kulit hitam, tak lupa dengan celana panjang.
"Perfect!" Gumam Rea setelah melihat pantulan dari kaca kamarnya.
Ia mengambil tas selempang, dan memasukkan ponsel ke dalamnya. Lalu, berjalan menuruni anak tangga dengan hati-hati.
Biasanya, Rena jam segini sudah bangun untuk melakukan rutinitas kesehariannya. ntah mengapa Mamanya selalu bangun lebih awal darinya? Selalu saja begitu!
Feeling-nya selalu benar, Rena sedang berkutat dengan alat masaknya. Hingga tak menyadari jika anak gadisnya itu memperhatikan sedari tadi.
"Morning, Ma."
"Morning, Sayang. Tumben pagi-pagi udah rapi begitu, mau pergi kemana hayo?"
"Mau ke rumah Arvind, katanya Tante Riska semalam baru aja datang. Sekalian Rea mau izin ikut anak-anak basecamp ke panti asuhan, terus mau jengukin Ansel dirumahnya. Intinya jadwal aku tuh padat banget."
"Mama izinin, tapi jangan pulang larut malam. Gak enak sama tetangga, apalagi sama ibu-ibu tukang ghibah."
"Asiap! Lagian Rea juga gak mau digosipin tetangga, takut viral."
Rena terkekeh kecil. "Mau sarapan sekalian?"
"Aku sarapan roti aja." Rea mengambil setangkap roti panggang dengan selai strawberry yang sepertinya baru selesai dipanggang itu.
"Yaudah, Ma. Aku ke rumah Arvind dulu." Ia mencium Mamanya, tepat di pipi.
•••
Di lain tempat, Ansel baru saja memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah megah, bak istana. Ia berjalan ogah-ogahan menuju pintu utama. Lalu, memencet bel yang berada di sana.
Matanya melotot melihat brosur dengan foto yang tertempel didekat pintu. Bukan, itu bukan foto limbad, melainkan foto dirinya yang menyamar sebagai perempuan.
Ah, jadi teringat. Dulu, Ibunya pernah menyuruh untuk memakai salah satu koleksi daster terbaiknya. Enggak sampai disitu, Ibunya juga memakaikan make-up menor pada wajah Ansel. Dan dengan gobloknya ia pasrah begitu saja.
Ibunya pernah bilang, kalau dia ingin sekali punya anak perempuan, sehingga wajah Ansel lah yang harus menjadi korbannya.
Malang sekali nasibmu, Nak!
Bukan hanya itu yang membuat dirinya terkejut setengah mati. Dibawah foto terdapat kalimat yang mampu membuatnya beristigfar.
DICARI ANAK HILANG!!
CIRI-CIRI:
MEMPUNYAI KEPALA
HIDUNG MANCUNG TAPI TIDAK SEPERTI PINOKIO
MEMPUNYAI SEPASANG TANGAN DAN KAKI
BIASANYA SUKA BERNAFASJIKA KALIAN MELIHAT ANAK DENGAN CIRI-CIRI DIATAS, TOLONG KARUNGIN BAWA KE RUMAH SAYA!!
Apa-apaan ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGORITMA [SELESAI]✓
Novela JuvenilLepas-Ikhlas-Tuntas. Terimakasih telah membuat cerita singkat bersamaku kemarin. ••• Selamat bertemu di titik terbaik menurut takdir. ••• Ini tentang Ansel Arganta Aldridge, si kepala batu yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya. Dan juga tenta...