64-Baju Haram

229 10 6
                                    

Melihat punggungmu dari kejauhan saja sudah cukup membuatku bahagia, apalagi bisa duduk berdua di pelaminan bersamamu.

•••

Seminggu setelah acara kelulusan, Ansel dan Diva memutuskan untuk melangsungkan pernikahan. Suatu hubungan yang terjalin dalam ikatan yang halal, yang sah menurut agama dan negara.

Gadis cantik memakai balutan kebaya dengan polesan make up tipis serta dengan tatanan rambut digulung membuatnya terkesan lebih anggun. Dirinya tersenyum lega, menyaksikan ijab qobul yang berjalan dengan lancar tanpa suatu kendala apapun.

Tak lupa ia mengucap banyak bersyukur atas Tuhan Yang Maha Esa yang telah membukakan mata dan hati dari seorang Ansel sampai bisa mencapai titik sekarang.

Iya, setelah kejadian beberapa hari lalu, laki-laki yang sekarang telah menjabat sebagai suami sah Diva itu merenungkan segalanya dan dirinya sadar bahwa ia keterlaluan dengan makhluk bernama perempuan.

Katanya, Ansel menyesal dan akan berusaha memperbaiki semuanya dengan Diva. Dengan segala kemantapan hati dan jiwa, ia ingin segera menikahi gadisnya itu. Tujuannya selain menebus kesalahannya di masa lampau, ia juga ingin menjadikan Diva sebagai poros hidupnya.

Rea menatap kedua insan suami istri yang berdiri di panggung yang tengah sibuk menyalami para tamu undangan. Perasaan yang kemarin-kemarin masih seperti ada yang mengganjal, ntah kenapa sekarang rasanya lebih lega gitu aja.

"Kira-kira kapan ya gue bakal nyusul mereka?" Gumamnya terkekeh kecil. Lalu, berjalan mendekati panggung untuk menyalami kedua mempelai.

Saat mau menyalami mempelai wanita, tiba-tiba Diva mendekapnya erat. "Makasih banyak ya, Re, gue gak tau lagi caranya balas kebaikan lo." Katanya menitihkan air mata.

Rea melepaskan dekapannya. "Kok lo nangis sih? Masa mempelai wanitanya cengeng?" Gurau Rea sambil menghapus sisa air mata saudara tirinya. "Btw, gampang kalau mau balas kebaikan gue. Cukup doain semoga gue bisa nyusul kalian berdua." Lanjutnya tertawa.

"Amin." Balas mereka serempak.

Kini, giliran Rea menyalami mempelai pria. Senyuman manis yang tak pernah pudar terbit dari bibirnya. Hari ini adalah hari yang bahagia baginya, alasannya sederhana karena pada hari ini keluarga sekaligus orang tersayangnya juga sedang bahagia.

"Brouh, gue titip saudara gue ke elo, ya? Kalo dia nakal, lempari sandal aja gapapa. Tapi sampe gue tau lo main KDRT, saat itu juga gue penggal kepala lo!" Ancamnya sok serius, membuat Ansel bergidik ngeri membayangkan.

Setelahnya, mereka semua tertawa bahagia. Tawa yang akan melengkapi rumah tangga mereka dan pastinya hari-hari bakal lebih berwarna.

"Eh, gue kok gak lihat anak-anak Calaverous sih? Kalian gak lupa buat ngundang mereka kan?" Tanya Rea tatapannya menyapu sekeliling arah.

"Oh, katanya mereka mau ke sini nanti malam sekalian mau begadang di sini." Jelas Ansel santai.

Rea mengerutkan keningnya, merasa ada yang aneh. "Begadang? Berarti mereka nanti nginap di sini?" Tanyanya yang dibalas anggukan dari kedua mempelai.

Ide jahil seketika muncul dibenaknya. "Sini-sini deketan gue mau ngomong penting!" Titah Rea yang bodohnya di setujui oleh Ansel dan Diva.

"Berarti kalian nanti gagal malam pertama dong?" Tanya Rea berbisik usil kepada kedua pasangan itu. Lalu, ngacir berlari sebelum kena amukan dari mereka berdua.

•••

Rea dengan sangat pedenya memasuki toko martabak dengan masih memakai balutan kebayanya. Banyak pasang mata yang menatapnya aneh, tapi ia tak menggubris.

ALGORITMA [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang