33-Filosofi Gitar

143 42 4
                                    

Di lain sisi, tepatnya di sebuah roftop sekolah SMA Antariksa terdapat kedua insan manusia berbeda jenis kelamin yang sedang berdiri diam membisu.

Ntah bingung mau memulai percakapan darimana. Banyak kata-kata yang ingin terlontar, tapi hanya bisa berkelana dalam pikiran.

"Em, Zel?"

Perempuan yang sedang menikmati angin sepoi-sepoi di pinggir pembatas roftop itu pun menengok, seraya menunggu kelanjutan laki-laki itu berbicara.

"Gue mau ngomong sesuatu sama elo." Ucap Arvind bersamaan dengan dengup jantung yang tak karuan.

Zelina beralih menatap mata kecoklatan milik Arvind. Sepertinya ada hal penting yang ingin laki-laki didepannya katakan.

Buktinya, Arvind, tiba-tiba mengajak Zelina ketemuan di roftop SMA Antariksa secara mendadak, apalagi tatapannya juga serius, engga seperti biasanya.

"G--gu--gue--"

Tiba-tiba lidah Arvind menjadi kelu, ketika ingin mengutarakan perasaan kepada gadis didepannya.

Sial! Kenapa gue jadi grogi gini, sih. Padahal cuma ngomong, "Gue cinta sama elo, elo mau ga jadi pacar gue?" Harusnya gampang kan?

Arvind, goblok! Au ah! Pokoknya, gue musuhan sama diri gue sendiri, titik!

"Gue apa, Vind?" Tanya Zelina, membuyarkan lamunan Arvind.

"Gu--gue mau izin ke toilet. Nah, iya, mau BAB, bentar!" Ucap Arvind kelimpungan sambil ngacir menuruni anak tangga tergesa-gesa.

"Dasar, manusia sinting!" Umpat Zelina geleng-geleng kepala.

Ting!

Ponselnya berbunyi menandakan ada pesan dari seseorang. Ia merogoh ponsel dari saku roknya, lalu membaca satu persatu isi kalimat itu.

Gue udah dapat informasi, ke markas sekarang!

Read.

Bibirnya melengkung ke atas, tercetak dari raut wajahnya kalau ia sangat puas setelah membaca pesan dari orang misterius itu.

Zelina menyeringai sinis. Lalu, dengan cekatan menuruni anak tangga menuju ke suatu tempat, yaitu markas.

•••

RUANG MUSIK.

Rea mengernyitkan keningnya setelah membaca plang bertuliskan ruang musik. "Ngapain lo ajak gue ke sini, Sa?"

"Udah gih, sini masuk!" Perintah Aksa dari dalam.

Rea melangkahkan kaki mendekati sahabatnya sambil celingak-celinguk kagum melihat isi dari ruang musik.

"Lo kok bisa-bisanya tau kalo di SMA Antariksa ada ruang musik seluas dan sebagus ini? Gue aja baru tau, loh!" Celentuk Rea dengan mata berbinar.

"Elo-nya aja yang kudet, gue yang bukan anak SMA Antariksa aja tau."

"Sya, sini duduk deket gue!" Ucap Aksa menepuk bangku di sebelahnya itu.

"Ngapain?" Tanya Rea bingung sambil mendudukkan tubuhnya di sebelah Aksa.

"Katanya pengen bisa main gitar, gue ajarin biar cepet mahir. Pumpung gue lagi gak sombong."

Aksa mengambil gitar yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Lalu, memposisikan gitar ke pangkuan Rea.

Laki-laki tampan disebelahnya itu mengajari Rea bermain gitar dengan penuh kesabaran sampai sedikit demi sedikit dirinya paham cara bermain gitar yang benar.

ALGORITMA [SELESAI]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang