J A R A K 3

2K 318 27
                                    

Kepikiran terus.

Entah kenapa wajah ganteng mas kurir terus menari-nari di kepalanya, Baekhyun pusing! Bisa pergi dulu nggak mas kurirnya? Baekhyun mau fokus dulu urus surat cerai biar sertifikat dudanya cepat keluar dan bebas ngejar masnya.

Eh nggak, bukan.

Fokus.

Ponselnya berdering, membuyarkan lamunan si cantik dari pikirannya awalnya tentang mas kurir yang anehnya terus berkelebat manja di kepalanya. Baekhyun tau dirinya bodoh.

Masa jatuh cinta cuma sepersekian detik?

Matanya bulat, lucu.

Hidungnya mancung, cakep!

Badannya tinggi tegap, mantep!

Dering ponsel yang entah kesekian kalinya kembali berbunyi, berteriak minta di angkat. Baekhyun malas bangun tapi suaranya ponselnya mengganggu. Terpaksa ia bangkit, meraih benda pipih itu di atas nakas lalu menggeser ikon hijau.

"Ya?"

"Kamu udah tanda tangan semua kan? Gak usah merasa terbebani. Harta gono-gini itu bukan apa-apa, bahkan kalau kamu mau, saya bisa kasih tunjangan sampai kamu menikah lagi nanti."

Jayden.

Baekhyun sejujurnya muak tapi ia harus mengahadapi ini. Uang tunjangan katanya? Ia lebih dari mampu untuk menghidupi diri sendiri, kenapa harus setuju soal tunjangan itu? Biar apa? Biar Jayden di lihat sebagai laki-laki bertanggung jawab? Ketus Baekhyun dalam hati.

"Nggak perlu. Thanks sebelumnya. Harta gono-gini aja cukup. Saya nerima bukan karena saya butuh, cuma pengen ini cepet selesai dan gak perlu lagi berurusan sama kamu."

Jayden di seberang tersenyum. Baekhyun masih tetap sama. Pintar mengendalikan emosi sebesar apapun kemarahannya, terkadang sedikit blak-blakan, seperti sekarang.

"Kita bakal tetep ketemu di kantor kalau kamu lupa."

"Gak usah teguran kan bisa? Professional dikit lah jadi orang. Ya kali, kamu dewan komisaris, harusnya lebih tau gimana cara bersikap saat kerja. Jangan bawa-bawa masalah pribadi ke kantor."

"Hm. Saya ngerti kok. Mungkin kita harus tetep ketemu di persidangan terakhir?"

"Saya gak akan dateng. Kalau perlu kamu juga jangan biar hakim gak banyak pertimbangan dan langsung ketuk palu. Biar gak ribet."

"Ya sudah, saya tutup."

Baekhyun menggerutu sendiri, bukan marah atas perceraian apalagi menyesal, ia hanya tidak suka pada sikap so gentelman Jayden. Inginnya perceraian ini berakhir huru hara agar lebih menantang. Tapi apa daya, dan apa pula yang mau di perdebatkan? Semuanya sudah jelas dan tetap akan berakhir pada kesepakatan yang sama meski pada awalnya Jayden menolak.

Oh bukan hanya Jayden, tapi kedua mertuanya pun sama. Mereka menyayangi Baekhyun sebanyak itu, menantu idaman katanya. Tapi saat Baekhyun mengungkap alasan utama ia mengajukan gugatan, kedua orang tua Jayden hanya bisa mengiyakan meski tetap tidak rela dan beralasan jika pernikahan ini masih bisa di selamatkan.

Dan lagi, selama menikah dengan Jayden, Baekhyun merasa jika ia tidak pernah lagi bisa menjadi dirinya sendiri. Ia di tuntut banyak hal karena keluarga Jung jelas bukan dari kalangan sembarangan. Ia selalu di tuntut menjadi sosok sempurna, harus bersikap seperti putri keraton, harus terlihat anggun dan menawan. Tidak boleh kampungan dan harus selalu terlihat elegan.

Baekhyun bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia bersendawa, astaga!

Jadi berpisah memang keputusan yang ia rasa paling benar. Baekhyun mendadak lupa, kenapa dia dulu mau menikah dengan Jayden selain karena laki-laki itu luar biasa tampan?

Jarak Bentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang