J A R A K 4

2K 313 32
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka 🔼






Chanyeol tidak bohong saat dia bilang, dia mungkin saja naksir sama seseorang. Mungkin hanya perasaan kagum di detik kedua saat tidak sengaja mata bulatnya bertemu dengan iris sipit laki-laki yang hari itu hanya memakai boxer pendek dan kaos tanpa lengan berkerah V rendah.

Eh boxer apa hot pants sih?

Eh, tapi dia laki-laki kan?

Kok cantik sih?

Kok mulus banget sih?

Gak tau! Pokoknya Chanyeol naksir! 22 tahun dia hidup tenang sebagai orang ganteng, baru kali ini dia mati-matian menjaga pandangan hanya karena di suguhi pemandangan super ilegal. Biasanya anak gadis tetangga di seberang rumah sering dengan sengaja menarik perhatiannya dengan pakaian seksi tapi Chanyeol biasa saja.

"Nyol! Ngapa lu? Kesambet?"

Dio, si anak pejabat yang katanya punya lahan sawit berhektar-hektar di Sumatera itu tiba-tiba datang, menepuk bahu mas ganteng yang sejak tadi masih memikirkan dada mulus___ eh skripsi.

"Nggak." Jawabnya kalem. Selain ganteng, Chanyeol juga terkenal kalem di kampusnya.

"Mikirin apaan pagi-pagi udah bengong ganteng? Udah sarapan lo? Skripsi gimana? Kapan sidang?"

"Nanyanya satu-satu bisa?"

"Jutek bener pagi-pagi."

Chanyeol memilih diam alih-alih menjawab rentetan pertanyaan temannya. Dio tau betul, teman so gantengnya ini pasti sedang banyak pikiran. Mereka berteman sudah sejak jaman jamet. Dio cukup paham bagaimana perangai Chanyeol ketika banyak diam begini.

"Mikirin apa?" Dio masih belum menyerah sabelum perasaan kepo nya tertuntaskan.

"Haechan."

"Hah? Dia kenapa?"

Ada beban yang sejujurnya Chanyeol pikul sendiri, Dio tau tapi ia membatasi bahwa temannya itu cukup tau bagaimana kondisinya tanpa harus ikut pusing memikirkan ini itu.

"Motor lo jadi di jual kan? Bentar lagi dia kuliah. Pasti butuh."

"Ambil aja. Itu motor gue juga gak ada yang pake. Lo tau kalo sebelumnya itu motor gue beli buat ART di rumah sebelum dia trauma karena nyungsep di got dan gak mau pake lagi sampe sekarang."

"Gak bisa. Gue bakal tetep beli itu motor."

"Batu banget. Gak usah ngerasa gak enak atau terbebani bisa gak sih? Lo tuh temen gue udah dari jaman kapan?"

"Temen sama duit urusannya beda. Gue gak mau punya hutang budi." Ungkap Chanyeol jujur.

"Ya udah kalo gitu beli motor baru lah kalo gak mau di kasih gratisan."

"Mahal kalo baru. Punya lo kan bisa setengah harga."

Dio berdecak kesal, dia tau kalau Chanyeol sebenarnya lebih dari mampu untuk membeli motor baru, tapi si tinggi beralasan kalau yang bekas masih bagus, kenapa harus beli baru? Hemat-hemat dulu sebelum jadi betulan kaya raya, katanya.

"Ribet lo. Udah tinggal pake aja apa susahnya?"

"Lo yang ribet. Tinggal terima duitnya dan kasih gue motornya." Sanggah Chanyeol, masih memegang teguh prinsip bahwa uang dan persahabatan adalah dua sisi sensitif yang harus di jaga agar tidak bergesekan.

"Ya udah terserah."

Dio akhirnya menyerah, sudah hampir sebulan urusan motor ini gak selesai-selesai. Chanyeol tetap keukeuh ingin membayar setengah harga, sementara Dio tidak masalah kalaupun motor itu di berikan cuma-cuma.

Jarak Bentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang