J A R A K 22

1.2K 238 58
                                    

Lain waktu, lain juga kesempatannya. Hal paling menghujam hati  lalu merusak dan mempengaruhi pikiran adalah perasaan. Diam menyiksa, tapi bicara harus siap dengan potensi kehilangan.

Tujuh tahun mungkin?

Atau lebih.

Dio untuk pertama kalinya ikut bahagia saat melihat orang yang di anggap nya asing itu tertawa. Dan seingatnya, dia masih lah laki-laki dominan, doyan wanita ataupun submisif, bukan malah menyukai sosok Chanyeol yang tinggi besar dan jelas-jelas sama-sama dominan.

Tapi kemudian Dio ragu karena seingatnya ia belum pernah menyukai seseorang selain Chanyeol. Tapi di waktu yang sama, ia yakin seratus persen jika dirinya menyukai Chanyeol, bahkan lebih banyak dari perkiraannya.

Suatu hari di pertengahan semester di kelas 10, Dio yang berulang kali meyakinkan dirinya sendiri perihal perasaan, mencoba berani jujur. Di terima atau tidaknya itu urusan belakangan, yang jelas saat itu ia hanya ingin Chanyeol tau tentang bagaimana perasaan meletup-letup itu terus hadir saat keduanya menghabiskan waktu bersama.

Belum pada intinya, Dio harus kuat menahan diri sebab hari itu Chanyeol mengatakan bahwa ia sedang menyukai seseorang. Parahnya, orang itu adalah teman yang hampir setiap harinya ada di antara keduanya.

Ren.

Sejak awal seharusnya Dio lebih peka pada semua gerak gerik canggung Chanyeol setiap kali Ren ada. Chanyeol yang sering menatapnya dalam diam, sering tersipu setiap kali Ren bertingkah lucu dan bahkan terlihat cemburu setiap kali Ren terlihat dekat dengan pria lain.

Dio tau tapi dia menolak untuk menyerah lalu memutuskan untuk menjadi teman baik alih-alih menjadi pacar. Baginya, asal selalu bersama Chanyeol dan pria itu masih ada dalam jangkauan dan jarak pandangnya, maka ia memilih abai hatinya sendiri yang tanpa ia sadari sudah babak belur dan berdarah-darah.

"Lo murung terus."

"Ih aa peka banget deh jadi cowok." Gurau Dio saat Chanyeol jelas menyinggung perihal wajah nya yang sering terlihat keruh belakangan ini.

"Seriusan, lo kenapa?"

"Apanya?"

"Ya lo nya kenapa? Mau main nggak?"

Dio tersenyum tipis, ia sangka kalau jatuh cinta Chanyeol pada Baekhyun tidak akan seserius ini. Ia kira perasaan itu hanya suka,  tapi semakin yang ia lihat, Chanyeol semakin menunjukkan keseriusan.

Mau pasrah tapi tidak rela.

Mau menyerah tapi ia belum mau.

Mau jujur tapi Dio takut kehilangan.

Ke kali aja sana! Hih!

"Gue pengen liat laut deh. Tapi ke Bali, bareng lo. Berdua aja mau nggak?" Aku Dio tiba-tiba.

Padahal author nyuruh nya ke kali, dia malah mau ke Bali 😌 ngelunjak 😌

"Lah, si kampret? Ke Hawai aja sekalian. Jauh bener pengen liat laut doang? Ancol aja udah."

"Mck! Giliran gue serius__

"Iya iya. Tapi nunggu gue beneran senggang dulu ya? Gue gak janji secepatnya tapi gue bakal sempetin."

"Beneran lo?"

"Hm."

Dio nggak begitu expect kalau Chanyeol betulan mau di ajak ke Bali. Eh si bujang mau, seneng lah dia😌

"Temen gue emang paling dabes lah! Mcuah mcuah banget! Lope lope banget gue sama lo!"








"Gue tau."



Jarak Bentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang