Side Story

1K 222 15
                                    




Siang itu di tengah panasnya cuaca Jakarta, Chanyeol tengah duduk menunggu seseorang yang harusnya datang setengah jam yang lalu.

"Maaf, sudah lama menunggu? Saya cukup sibuk hari ini." Sapa seseorang yang baru saja datang. Tampilannya elegan, menggambarkan wanita super power, atau memang itulah yang memang ingin dia tunjukkan.

"Tidak apa-apa bu, silahkan duduk."

"Terimakasih."

Chanyeol tersenyum, menunjukkan ketulusan, mencoba memberi tau bahwa pertemuan ini ia tau kemana arahnya dan berharap ini bisa berjalan baik.

"Kamu tau kan saya siapa?" Tanya wanita itu dengan wajah angkuh.

"Tau bu."

"Jadi, kalau kamu pintar, kamu harusnya tau tujuan saya meminta bertemu."

"Saya tau."

"Bagus. Jadi saya tidak perlu berbasa-basi."

"Silahkan ibu utarakan apapun yang ingin ibu sampaikan. Saya mendengarkan." Chanyeol masih bersikap tenang, bukan di buat-buat. Dirinya memang betulan tidak takut pada apapun kecuali Tuhan.

"Jayden, anak saya satu-satunya. Dia prioritas saya. Apapun yang bisa membuatnya kembali sehat dan bahagia, akan saya lakukan. Jadi, saya harap kamu tidak jadi penghalang. Biarkan Baekhyun kembali pada anak saya."

Chanyeol menarik nafas, ia kira orang kaya pintar. Tapi kembali lagi, rasa kasih seorang ibu mungkin mengalahkan segalanya.

"Ibu. Ibu berhak bicara apapun, tapi ibu tidak berhak menentukan hidup saya apalagi mengatur perasaan saya. Jika ibu masih percaya Tuhan, percaya sama saya___





___kalau ternyata anak ibu masih berjodoh dengan Baekhyun, Tuhan bisa membolak-balikkan perasaannya hanya dalam satu malam. Tapi ibu juga lupa, kalau Baekhyun tenyata jodoh saya, ibu sekeluarga mau jungkir balik pun tetap saya yang dapat."

Jessica diam, yang di katakan Chanyeol benar. Tapi Jayden masih punya harapan besar pada mantan menantunya, itu pula yang akan membuat putranya semangat untuk kembali sembuh, sehat seperti sedia kala.

"Kalau boleh saya minta tolong, ini permintaan seorang ibu. Tolong setidaknya biarkan mereka bicara. Berdua."

"Baik, silahkan. Tapi hanya satu kali. Sisanya saya kembalikan lagi pada Baekhyun dan Tuhan. Selebihnya kembali lagi pada takdir bu, jangan bergantung apalagi punya harapan pada manusia, karena disanalah kekecewaan besar sedang menunggu. Semuanya hanya perihal waktu. Saya permisi, habis ini saya harus jemput pacar saya." 

"Silahkan, terimakasih untuk waktunya."

Chanyeol membungkuk lalu pergi dengan perasaan lega. Inginnya ia membantu, tapi perasaannya jelas yang paling utama. Boleh saja hari ini ia merasa di rendahankan pada awalnya, tapi ia diam-diam berdoa dalam hati agar Tuhan menetapkan perasaan Baekhyun hanya untuknya.

Ia terlalu lelah untuk kembali mencari dan menemukan. Hatinya terlanjur terpaut. Doa nya di setiap hari, semoga Baekhyun punya perasaan sama besarnya agar segala harapannya tidak punah. Tanggung jawabnya masih terlalu banyak, memaksa Baekhyun mengerti rasanya terlalu lancang tapi ia juga punya perasaan takut kehilangan.

Sederhana saja, Chanyeol hanya berharap cerita cinta nya di beri kemudahan, hidupnya sudah cukup sulit, jangan lagi perasaannya yang harus terombang ambing. Dia juga manusia biasa, bisa lelah dan menyerah kapan saja meski sejujurnya saat ini ia masih sanggup menerjang badai sekalipun.



Side Story, Chanyeol Harindra.

Jarak Bentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang