J A R A K 32

1.1K 208 48
                                    

Kenapa.

Itu terus yang ingin Baekhyun tanyakan pada seseorang yang kini tengah berhadapan dengannya, berbicara seolah nyawa Chanyeol bukan apa-apa.

"Jangan tanya kenapa, lo tau persis jawabannya."

"Gue gak tau Di? Kenapa? Kenapa lo lakuin ini sama Chanyeol? Tolong jelasin, seenggaknya gue harus tau motif lo ngelakuin ini."

"Lo gak merasa bersalah?"

"Gue merasa bersalah. Itu jelas, dan setelah ini gue harap bisa ngeliat Chanyeol sadar dan gue bakal meminta maaf sebesar-besarnya. Tapi gue juga perlu tau, apa sebenarnya tujuan lo? Apa yang memicu lo ngelakuin ini semua? Demi Tuhan Di, nyawa Chanyeol berharga, bukan cuma buat gue tapi juga banyak orang. Kalo lo benci sama gue, lo boleh bunuh gue, celakain gue. Asal jangan Chanyeol, lo tau dia sebaik apa jadi manusia? Kenapa lo tega?"

"Baru ngerasa sekarang kalo hidup Chanyeol berharga? Kemana aja lo? Dia udah sangat berharga di mata gue sejak dulu, jauh sebelum lo dateng." Mata bulat itu menajam, memancarkan kebencian yang teramat besar, Dio tau ini salah tapi tetap ia lakukan, yang ia inginkan hanya melihat Chanyeol bahagia meski tidak bersamanya. "Tapi apa yang lo lakuin kemaren? Lo tau gimana Chanyeol ngeliat lo sama Jayden berduaan disana? Lo tau gimana tatapan terlukanya?"

"Itu sebabnya gue minta lo dateng Di! Biar gak salah paham kayak gini!"

"Kenapa gak jujur aja sama Chanyeol dan bilang kalau Jayden minta waktu lo buat ngobrol? Sesimpel itu kenapa lo bikin ribet?"

"Jayden cuma mau pamitan, dia mau pergi ke Belanda buat berobat dan mungkin gak balik lagi, Chanyeol lagi sibuk-sibuknya di kantor, gue lebih memilih lo sebagai opsi karena gak mau ganggu Chanyeol untuk hal yang gak penting-penting amat jadi__

"Tau kan kalo ini gak penting? Kenapa harus banget lo dengerin si Jayden? Lo tinggal pergi, penting banget sama semua ucapan perpisahannya dia?"

"Tapi lo gak perlu bertindak sejauh ini!" Habis kesabarannya, Baekhyun semakin di buat tidak mengerti dengan bagaimana cara kepala Dio bekerja.

"Lo tau? Gue gak lepasin Chanyeol buat lo sia-siain. Gue gak nahan sakit di hati gue demi dia bukan buat lo bego-begoin. Ini awalnya mungkin keliatan sepele. Tapi orang kayak lo___

Dio mencondongkan tubuhnya, menunjuk Baekhyun dengan tatapan tajam serta mengancam.



___orang kayak lo suka gak tau diri. Semua kebohongan besar di awali dari yang kecil. Lo udah tau kalo Chanyeol baik banget dan bakal maafin semua kesalahan lo, itu sebabnya lo seenaknya sama dia. Mungkin hari ini cuma perkara kecil, tapi di lain waktu, lo bakal nyakitin Chanyeol lebih dari ini."

"Lo berlebihan Di, demi Tuhan gue gak ada niatan kesana." Baekhyun menunduk, menyembunyikan tangis yang sejak tadi mati-matian ia redam. "Apa gue keliatan sejahat itu? Apa Chanyeol pantes dapetin ini semua?"

"Apa Chanyeol pantes dapetin kebohongan ini setelah semua yang udah dia lakuin buat lo? Hasil nabungnya bertahun-tahun dia beliin rumah buat kalian tinggalin setelah nikah. Dia rela naik motor kemana-mana biar bisa beliin mobil impian lo, biar bisa bahagiain lo dan kasih lo kehidupan yang layak. Pantes dia dapetin itu dari lo?"

Baekhyun bungkam, kenapa hal sepele bisa merubah garis takdir sebesar ini?

"Sepele kan? Tapi bisa ngerusak semuanya. Kecil atau besar, bohong tetap aja bohong."

Dio salah mengartikan tapi sikap Baekhyun juga tidak bisa di benarkan, seharusnya hari itu ia jujur pada Chanyeol bahwa ia sedang bertemu Jayden. Pertemuan ini bahkan tidak di sengaja. Dio benar, Chanyeol berhak tau apapun yang ia lakukan di luar sana agar tidak ada kesalahpahaman dan hati yang sakit akibat ulahnya.

Hari itu nyatanya bukan hanya Chanyeol yang merasakan sakit, lebih dari itu Dio merasakan kepedihan yang di saksikan temannya. Mata bulat itu menatap nanar, bagaimana hatinya tidak ikut terluka sementara orang yang di cintainya teramat sangat itu di sia-siakan orang lain di saat dirinya mendamba setengah mati?

Alih-alih memberi hukuman pada Baekhyun, Dio yang kalap justru memilih melenyapkan Chanyeol. Pikir nya, lebih baik Chanyeol mati daripada harus menyaksikan kepedihan itu sekali lagi. Sudah ia katakan, dirinya tidak serta merta merelakan Chanyeol untuk kemudian di sakiti. Seseorang tidak boleh menyepelekan pengorbanannya, terutama jika itu Baekhyun.

"Tapi lo gak perlu celakain Chanyeol anjing!!"

Bugh!

Satu pukulan keras ia layangkan, bagaimanapun Baekhyun juga tetap laki-laki. Tenaganya masih cukup kalau untuk sekedar menghajar mantan sepupu iparnya itu.







"Ada yang harus lo tau, hampir setahun ini Chanyeol bertahan hanya dengan satu ginjal. Lo pikir kecelakaan ini gak akan berakibat fatal hah?! Lo pikir orang bisa selamat setelah satu-satunya ginjal yang dia miliki rusak parah?! Lo pikir gue setajir itu untuk bisa dapetin pendonor ginjal sama hati dalam waktu 48 jam hah?!"


Bugh!

Bugh!


"Mikir anjing!! Lo boleh kecewa, tapi gak bunuh orang juga! Kalopun lo mau bunuh orang, bunuh aja gue bangsat!"


Baekhyun kalap, ia melayangkan banyak pukulan sementara Dio hanya diam. Pikirannya mendadak kosong, kenapa dia tidak tau kalau Chanyeol juga cuma punya satu ginjal?

"Kenapa diem?! Kaget lo sekarang? Gak usah pura-pura sedih lo anjing! Lo yang ikut dia ke Singapore hari itu, kenapa lo sampe gak tau kalo Chanyeol donorin ginjalnya buat Haechan?! Kenapa diem aja, jawab setan!"

"Cha... Chanyeol gimana keadaan nya sekarang? Di rumah sakit mana dia dirawat?" Dio mendadak gelagapan, tiba-tiba takut sesuatu yang buruk menimpa sahabatnya.

"Dia sekarat. Ginjal sama hatinya rusak parah akibat hantaman. Gue harus dapetin donor ginjal dan hati dalam 48 jam. Lo pikir, gue bisa dapet semua itu? Seneng kan lo sekarang? Chanyeol bentar lagi mati. Selamat, misi lo berhasil."

"Gue... Gue pengen ketemu dia, gue pengen mastiin keadaan dia, Baekhyun tolong."

Baekhyun melepaskan cengkeramannya, menatap tajam pada iblis berwujud manusia di hadapannya.


"Nanti lo bakal ketemu Chanyeol pas udah di kubur. Biar lo seneng. Jangan lupa pake baju terbaik dan bawa bunga paling bagus. Gue bakal kabarin kalo Chanyeol udah mati."

Baekhyun pergi, meninggalkan Dio yang kini tengah meraung-raung. Perkelahiannya tadi tidak sama sekali di lerai polisi, mungkin semesta di biarkan tenang dulu, memberi waktu pada Baekhyun untuk marah dan meluapkan rasa kecewanya.

Dan di balik pintu, ia kini tengah sama pilunya. Ratusan kali meminta maaf karena secara tidak langsung sudah menyumpahi Chanyeol mati.







"Mas maaf, aku bakal cariin donor buat kamu. Bertahan sebentar aja ya."







Tbc.

Gimana? Udah emosi blm?

Jarak Bentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang