"Emang kamu mau?"
Ada hening sesaat sebelum helaan nafas berat terdengar. Chanyeol harus menekankan banyak hal agar tidak ada satupun dari keduanya yang terlibat dalam sebuah kesalahpahaman.
"Emang kamu mau cuma jadi tempat pelarian saya aja? Mau nerima perasaan sakit saat saya bersama kamu tapi hati saya ada di tempat lain?"
Belum ada tanda-tanda Ren buka mulut, keduanya masih saling menatap dengan perasaan yang sejujurnya ia tekan. Ren tau ia salah berharap tapi ia belum ingin usai dengan apapun rasa yang masih banyak jejaknya di hati ataupun pikirannya.
"Ren. Saya pernah menyukai kamu dulu. Tapi dulu saya terlalu bodoh untuk memilih kalah bahkan sebelum saya maju, memilih menyerah bahkan di saat saya belum berjuang. Dan pada Baekhyun, saya tidak ingin mengulang kebodohan itu sekali lagi. Kali ini saya ingi berjuang, tidak peduli pada batin dan fisik saya yang mungkin sekarang sudah keliatan babak belur. Saya percaya, Baekhyun punya perasaan sama besarnya dengan saya. Tidak masalah kalaupun hubungan kami banyak halang rintang nya, itu saya anggap wajar karena begitulah semesta bekerja."
Ren menarik nafas, mengangguk pelan. Memaksa hatinya untuk mengerti sementara logika menolak. Ia juga ingin berjuang, ingin mendapatkan sesuatu yang sejujurnya sangat pantas untuk di perjuangkan.
"Aku paham, tapi___
___kalau suatu saat kamu patah, aku bersedia untuk bantu kamu merangkai kembali patahan itu sampai utuh."
"Terimakasih, tapi doakan semoga jalan yang saya tempuh kerikilnya nggak terlalu tajam ya? Saya juga pengen bahagia."
"Pasti, aku pasti doain kamu."
"Mau peluk?" Chanyeol menawarkan sebuah pelukan, tanda bahwa tidak ada lagi perasaan yang mengganjal di antara keduanya, bahwa tidak ada lagi serpihan masa lalu yang tertinggal.
Ren tersenyum, memeluk Chanyeol cukup erat hingga si dominan sedikit mengaduh.
"Pelan-pelan kali, masih sakit ini." Keluh nya pura-pura.
"Oh sorry-sorry. Aku lupa. Maaf, sakit banget ya?"
"Becanda, saya gak pa-pa."
Siang itu mereka habiskan untuk bicara, bercerita tentang masa lalu dan berangan-angan tentang masa depan. Hari itu Ren tau betapa rapuhnya pria ini. Selama ini Chanyeol selalu terlihat kuat dan tegar tanpa sosok yang memberinya semangat, tanpa seseorang yang bahkan mengingatkannya perihal makan. Rasanya ingin menangis tapi sekuat tenaga Ren tahan, ia menyayangi dan mengangumi sosok yang kini kembali tidur setelah suster memberi obat serta makan siangnya.
Sebaiknya kamu jaga laki-laki baik hati ini atau aku akan benar-benar mengambilnya darimu dan menyembunyikan nya untuk ku sendiri, Baekhyun.
*******
"Saya mengajukan surat resign."
Hari ini Baekhyun bulat pada tekadnya bahwa ia memang seharusnya pergi dari tempat yang membuatnya terbelenggu. Bekerja di tempat ini lebih lama lagi terlalu beresiko karena ia masih harus berurusan dengan keluarga Jung, mau tidak mau.
"Kenapa, Baekhyun?"
"Tidak ada alasan lain kecuali saya memang sudah tidak bisa lagi bekerja disini."
"Bukan karena anak saya kan? Selain kamu anak mantu saya, kinerja kamu juga sangat bagus dan kamu jelas di butuhkan disini."
"Bukan sama sekali pak, saya mengundurkan diri murni karena alasan pribadi dan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan putra bapak."
Tuan Jung menghela nafas, berat rasanya melepas pegawai sebaik dan sepintar Baekhyun. Terlebih ia sudah menganggap Baekhyun seperti anaknya sendiri.
"Baiklah, apa memang nya yang bisa saya perbuat kalau kamu sudah keras kepala begini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Bentang
FanfictionBxB 🔞 CHANBAEK LOKAL Uwu phobia harap minggir! Gara-gara mengantar paket ke sebuah rumah mewah di kawasan Jakarta Selatan, Chanyeol menyadari kalau jatuh cinta ternyata hanya butuh dua detik, plus dia yang bujangan baik-baik di suguhi pemandangan...