Sarah terbangun ditengah malam karena ia merasakan lapar dan haus. Memang karena sejak pagi ia sudah bangun untuk bersiap menghadiri acara wisuda Nathan dan berlanjut dengan acara keluarga di rumah. Mami dan papinya mengundang beberapa rekan kerjanya untuk makan siang di rumah sambil mengenalkan Nathan kepada rekan-rekannya tersebut. Rencananya setelah lulus kuliah Nathan akan langsung bekerja di perusahaan rekan papinya untuk belajar seluk beluk perusahaan sebelum ia menggantikan papinya di perusahaan keluarga. Acara sederhana itu berlangsung beberapa jam dan Sarah juga ikut didalamnya. Beberapa istri rekan papi sibuk ingin menjodohkan putra mereka dengan Sarah. Gadis itu hanya tersenyum ketika para tante bergantian memamerkan foto putranya.
Sarah turun ke dapur untuk mencari makanan dan minuman dikulkas. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Setelah ia selesai memakan roti isi, ia mengambil sebotol air minum lalu dibawanya ke kamar. Kini ia tak dapat kembali tidur karena jam tidurnya yang terlalu awal. Karena terlalu capek setelah acara selesai, Sarah langsung mandi lalu tidur pada pukul tujuh malam. Akhirnya ia meraih ponselnya dan menyalakannya. Suara denting notifikasi pesan masuk berturut-turut masuk membuat Sarah heran. Tumben, pikirnya. Biasanya ponselnya selalu sepi tidak pernah ada yang mencarinya. Terkecuali ketika ia masih bersama Adrian. Laki-laki itu selalu mengiriminya pesan beberapa kali dalam sehari. Ah, jadi ingat lagi kan?
Sarah membaca rentetan pesan yang dikirim Luna pada pukul delapan malam tadi. Ia sedikit kaget ketika sahabatnya itu bertemu dengan Adrian di apartemennya karena akan bertemu dengan saudara sepupunya yang juga tinggal di apartemen yang sama dengan Adrian. Perlahan Sarah membaca setiap kata dan kalimat yang Luna kirimkan. Sarah tersenyum getir ketika Luna mengabarkan bahwa Adrian telah pulang kembali ke kampung halamannya bersama kedua orangtuanya. Air mata Sarah turun membasahi pipinya. Tiba-tiba dadanya terasa sesak dan sakit. Ia belum melupakan laki-laki itu. Sarah masih menyayanginya. Ia masih mencintai Adrian.
Namun kini cintanya itu telah hilang.
Sarah terduduk di lantai. Ia menangis tersedu-sedu mengetahui kebodohannya. Seharusnya ia tetap meminta maaf pada Adrian ketika laki-laki itu marah. Seharusnya Sarah tetap menghubunginya walaupun mungkin tidak ada pesan yang terbalas. Seharusnya Sarah memaksa bertemu dengannya meskipun Adrian akan memakinya karena memang ia yang salah. Sarah sudah berjanji padanya untuk selalu bersama.
Sarah telah menyakiti hati laki-laki itu. Ia mengatakan bahwa ia menyayangi dan mencintai Adrian, namun apa yang kemudian diperbuatnya? Sarah tidak mau memperjuangkan cintanya. Gadis itu lebih memilih ketakutannya sendiri karena segala pemikiran buruknya. Seharusnya dari awal ia jujur kepada Allyn dan Luna agar kesalahpahaman itu tidak merusak segalanya.
Dengan tangan gemetar karena menangis, Sarah kembali meraih ponselnya dan mengetikkan pesan untuk dikirimkan kepada Adrian. Berbagai kalimat maaf ia ketikkan disana. Meskipun sangat terlambat, paling tidak ia sudah berusaha. Pukul empat subuh Sarah tertidur dengan duduk dilantai dan memeluk lututnya.
Nathan mengetuk pintu kamar Sarah karena adiknya itu belum juga turun untuk sarapan. Ia masuk ke kamar Sarah untuk membangunkannya ketika gadis itu tidak juga membukakan pintu.
"Dek?!" Nathan terkejut ketika melihat Sarah yang tertidur dilantai.
Nathan menggendongnya lalu menidurkan Sarah diatas ranjang. Ia memegang kening dan pipi gadis itu. Panas.
Dengan terburu-buru Nathan turun kebawah dan memberitahu maminya bahwa Sarah demam. Wanita berumur sekitar empat puluh lima tahun itu dengan tenang menyuruh Mbok Mimin merebus air.
"Mi? Mami kok santai-santai aja sih?" tanya Nathan gusar.
"Adikmu itu cuma demam. Abis dikompres air anget pasti turun panasnya. Udah sana kamu berangkat! Hari pertama kerja ga boleh telat!" kata mami mengusir Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku Dosenku - END
RomanceWARNING 21+ Kisah anak kuliahan sama mantan yang kini jadi dosennya. "Janganlah terlalu membenci orang, apalagi seorang pria. Tuhan akan semakin mendekatkan kalian berdua." kata mami kala itu. Sarah Anindita, seorang mahasiswa baru yang berani mela...