"Jadi kamu temen Nathan?" tanya papi ketika mereka berada di ruang makan sedang menunggu Sarah turun untuk makan malam.
Adrian mengangguk. Tadi ketika Sarah masuk ke kamarnya untuk mandi, Pak Bryan menanyai Adrian tentang bagaimana mereka berkenalan dan Adrian menceritakan awal mula mereka bertemu.
"Maaf ya Nak Adrian, anak tante yang satu itu emang agak judes hehehe." sahut Bu Lilian sambil menghidangkan buah.
Adrian kembali mengangguk dan tersenyum. Kemudian fokusnya teralihkan ketika Sarah keluar kamar dan menuruni tangga. Gadis itu terlihat cantik dan segar memakai mini dress berwarna pastel dengan rambut diikat ekor kuda. Sesaat Adrian terpana lalu kembali tersadar ketika terdengar suara dehaman Pak Bryan.
"Lama banget kamu, Ra?" tanya mami lalu duduk disamping suaminya.
"Iya nih. Adrian sampe kelaperan." goda papinya sambil melirik Adrian yang sedang menunduk malu.
"Papi kali yang kelaperan. Pake acara cari kambing hitam segala." cibir Sarah lalu mengambil kursi disamping Adrian.
Pak Bryan hanya cengengesan lalu mempersilakan tamu mereka untuk mulai makan. Acara makan malam itu berjalan dengan tenang dan santai. Beberapa kali papi atau mami Sarah melontarkan pertanyaan kepada Adrian. Sarah sedikit jengah dengan kedua orang tuanya yang sudah terlalu banyak mengorek kehidupan pribadi Adrian. Tetapi anehnya laki-laki itu tidak merasa terganggu.
Pukul tujuh malam Adrian pamit pulang ke rumahnya. Sarah mengantarnya sampai pintu gerbang.
"Makasih ya." ucap Adrian ketika ia menuntun motornya keluar gerbang rumah Sarah.
Sarah menoleh padanya. "Makasih juga udah anter aku pulang." balasnya yang diangguki Adrian.
Adrian melirik jam tangannya sekilas lalu menghembuskan napasnya perlahan. Sebenarnya ia masih ingin mengobrol dengan Sarah tetapi sepertinya gadis itu sedang tidak mood menerima tamu. Adrian menyalakan mesin motor lalu melajukan motor itu kembali pulang ke apartemennya.
"Adrian udah pulang, Ra?" tanya mami ketika Sarah masuk rumah.
"Udah." jawabnya cuek.
"Jangan cuek gitu kalo sama cowok. Awas lho nanti suka." ejek papinya. Sarah hanya diam lalu mengambil toples cemilan dipangkuan Pak Bryan.
"Adrian tuh anaknya sopan ya?" tanya mami pada papi yang duudk disampingnya.
"Iya, Mi. Trus pembawaannya itu tegas tapi tenang. Cocok tuh jadi pemimpin kantor papi nanti." kata papi sambil melirik Sarah. Tetapi sayangnya yang dilirik hanya mencebikkan bibir lalu beranjak ke kamar.
"Hei, toples papi!" seru papi tetapi Sarah tetap berjalan tanpa menoleh lagi.
Sarah merebahkan punggungnya diatas kasur empuknya. Mengapa ia tidak bisa bersikap ramah kalau didekat Adrian? Apakah karena Sarah tidak ingin mengkhianati persahabatannya dengan Luna? Lalu bagaimana nasib jantungnya yang selalu berdebar ketika dekat dengan laki-laki itu?
Sarah memejamkan kedua matanya.
*
"Sarah!" panggil Rendy ketika Sarah dan Luna berada di kantin. Semua mata memandang Rendy yang berjalan menuju bangku Sarah. Beberapa mahasiswi kasak-kusuk membicarakan mereka. Rupanya gosip tempo hari masih belum juga reda. Rendy yang cuek langsung duduk disamping Sarah dan menyeruput jus mangga gadis itu. Sarah terbelalak lalu memukul bahunya.
"Opo seh?! Sakit tau!" serunya bercanda. "Kita kayak ciuman tapi ga langsung gitu ya, Sar?" lanjutnya sambil terkekeh.
"Gundulmu!" seru Sarah sambil menoyor kepala Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku Dosenku - END
RomansaWARNING 21+ Kisah anak kuliahan sama mantan yang kini jadi dosennya. "Janganlah terlalu membenci orang, apalagi seorang pria. Tuhan akan semakin mendekatkan kalian berdua." kata mami kala itu. Sarah Anindita, seorang mahasiswa baru yang berani mela...