Chapter 43

2.9K 140 2
                                    

Sarah mengajak Nadia untuk keliling mall siang itu. Ia mengajak serta suami dan putrinya. Adrian dan Nathan sedang mencari gedung untuk acara pernikahan mereka dan ke percetakan memesan undangan.

Hari ini hari Sabtu, hari masih siang sehingga pengunjung mall belum ramai jadi mereka bebas memilih dan keluar masuk toko. Rencananya Nadia akan membantu Sarah memilihkan barang-barang untuk dijadikan seserahan.

Setelah makan siang, Bagas, suami Nadia akan menunggu di restoran sambil menjaga Caca yang tertidur di stroller.

Sarah mengecek kembali barang-barang mereka dan mengingat-ingat apa yang belum ia beli. Tiba-tiba Nadia tergopoh-gopoh kearahnya sambil membawa paperbag kecil dan menyerahkannya pada Sarah.

"Buka aja." suruh Nadia ketika Sarah menaikkan alisnya bingung.

Sarah mengerjapkan matanya berkali-kali ketika melihat benda yang ada didalam paperbag itu.

"Teh, serius ini?" pekiknya tertahan.

Nadia mengangguk lalu tersenyum nakal. "Ian pasti suka!"

Sarah mengusap pelipisnya dan meringis. Bisa-bisa sampe pagi nih!

*

Sarah mampir sebentar ke rumah Adrian karena Bu Irene akan mengukur badannya. Masih ingat kan, kalau mama Adrian punya butik di Bandung? Nah kali ini Bu Irene yang akan mengerahkan semua karyawannya untuk membuat gaun pernikahan Sarah dan Adrian.

Setelah memilih bahan dan warna untuk gaun, Bu Irene segera mengirim desain gaun kepada karyawannya. Sarah sangat bersyukur karena memiliki calon mama mertua yang baik dan calon kakak ipar yang baik juga. Pak Awan, setelah acara lamaran Jumat malam kemarin, segera terbang ke Bandung karena masih ada urusan.

Bu Irene memberi beberapa wejangan pernikahan untuk Sarah dan beberapa hal yang disukai atau tidak disukai Adrian.

Tak lama kemudian suara mobil Adrian memasuki halaman rumah. Caca yang sudah bangun langsung berteriak ingin digendong om-nya.

Adrian langsung mengangkat gadis mungil berumur sekitar satu tahun itu dan menciuminya gemas. Sarah tersenyum melihat Adrian yang ternyata mempunyai jiwa kebapakan.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika Bu Irene menyuruh Adrian mengantar Sarah pulang.

Setelah berpamitan, Sarah dan Adrian masuk mobil. Sarah terlihat sedikit kikuk ketika Adrian memegang tangannya dan seorang sopir melajukan mobilnya menuju jalanan kota Malang di malam minggu itu.

Mamanya sudah mewanti-wanti agar Adrian tidak sering-sering menemui Sarah karena gadis itu seharusnya dipingit.

"Mau jalan-jalan dulu ga?" tanya Adrian kepada Sarah.

Sarah menggeleng pelan. "Senin aku ujian, Mas. Malem ini sama besok ngebut belajar." jawabnya.

Adrian menyandarkan punggungnya disandarkan kursi penumpang sambil tetap mengaitkan jarinya ke jari Sarah.

"Jadi kita ga ketemu seminggu nih?" tanya Adrian.

"Ketemu lah. Kan Senin ada matkul kamu, Mas."

"Iya cuma hari Senin aja kan? Hari Kamis kan udah ga ada matkul aku." gerutunya.

Adrian ikut turun dari mobil ketika sopir memarkir mobilnya di halaman rumah bergaya American itu.

Sarah segera masuk dan mencari orang tuanya. "Kamu duduk dulu deh, Mas. Mungkin papi sama mami lagi keluar." Sarah mendongak kearah tangga dan mengatakan bahwa ia akan memanggilkan Nathan untuk menemaninya.

Mantanku Dosenku - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang