Chapter 47

2.6K 129 12
                                    

Pekerjaan seorang dosen itu sebenarnya bukan hanya mengajar, mendidik generasi muda agar menjadi pemuda-pemudi cerdas dan menjadi kebanggaan kedua orang tua mereka.  Disamping itu, banyak pula pekerjaan lain dari seorang dosen yaitu membuat jurnal atau penelitian, membuat modul ajar, silabus, RPS, dan sebagainya. Belum lagi kalau ada kegiatan jurusan atau kampus.

Adrian sudah seminggu ini lembur. Ia selalu pulang malam dengan wajah lesu karena lelah. Sedangkan Sarah selalu merengek padanya untuk membantu mengerjakan skripsi. Seperti malam ini, baru saja ia memarkirkan mobilnya di garasi, istrinya itu sudah menyambutnya dengan wajah yang lesu karena tidak bisa menemukan teori-teori yang sesuai.

Dengan langkah gontai karena kegiatannya di kampus sangat padat, ia berjalan melewati Sarah yang berdiri diambang pintu.

"Mas... Udah nemu belum teori yang aku minta tadi pagi?"

Adrian menghela napasnya. Baru saja ia sampai rumah, sudah diteror teori kadang data analisis.

Sarah mengikuti Adrian kedalam kamar mereka sambil terus merengek dan membeberkan janji-janji manis Adrian dulu sebelum mereka menikah, bahwa suaminya itu akan membantunya mengerjakan skripsi.

Kepala Adrian serasa terbakar sekarang. Tubuh dan otaknya lelah. Ditambah rengekan Sarah yang tiada henti. Wanita itu akhir-akhir ini memang sedikit manja dan cerewet. Adrian pulang terlambat dari perjanjian, ia akan mengomel.

"Kamu bisa diem ga sih?!" Sarah terkesiap. "Aku tuh capek! Di kampus lagi banyak kegiatan. Kalo kamu ga paham sama skripsi kamu, kamu bisa hubungi Harry!" bentak Adrian seraya memijat pelipisnya. Kemudian pria itu segera masuk kamar mandi.

Sarah yang terkejut atas perlakuan Adrian padanya, hanya bisa mematung. Baru kali ini suaminya itu membentaknya dengan keras. Sarah melangkah keluar kamar menuju ruang tengah. Ia duduk didepan laptopnya yang masih menyala. Tak terasa air mata jatuh membasahi pipinya.

Berkali-kali ia menyeka air matanya sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. Sesuai saran Adrian, ia mengirimkan pesan singkat kepada Harry -- dosen pembimbingnya.

*

Sarah merasakan tubuhnya sedikit bergoyang lalu ia terbangun.

"Kenapa tidur disini?" Sarah mengerjapkan kedua matanya untuk mengusir kantuk yang masih tak juga mau pergi.

Ia melihat Adrian sudah rapi dan wangi sedang menenteng tas. Rupanya hari sudah mandi dan berganti pakaian kerja. Sepagi ini suaminya itu akan berangkat ke kampus.

"Mas Ian mau ke kampus?" tanyanya serak.

Adrian hanya mengangguk. Semalam ia sangat lelah, setelah mandi Adrian segera tidur sedangkan Sarah,  ia mencari-cari teori yang cocok untuk skripsinya sampai --entah pukul berapa sehingga ia tertidur dengan wajah tertelungkup diatas meja dengan laptop menyala.

Sarah meraih tangan Adrian lalu menciumnya. "Hati-hati di jalan, Mas." ucapnya.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Sarah ketika suaminya itu berjalan keluar rumah.

"Ga tau." jawabnya cuek lalu masuk kedalam mobil.

Sarah hanya menghela napasnya melihat perlakuan Adrian akhir-akhir ini padanya. Pria itu hampir tidak pernah sarapan dan makan malam di rumah bersamanya. Adrian juga tidak pernah meneleponnya atau mengiriminya pesan hanya untuk menanyakan kabarnya. Beberapa kali Sarah mengalah untuk menelepon atau sekedar menanyakan pria itu sudah makan atau belum, namun jawabannya terlalu singkat --sudah atau belum dan tak jarang malah pesan itu tak terbalas.

Sarah berusaha untuk mengerti akan profesi suaminya. Adrian adalah dosen baru dan masih muda. Tentu tenaganya masih kuat dibanding dengan dosen lain yang lebih senior. Dosen muda lebih kuat lembur dan otaknya juga masih fresh untuk memberikan saran-saran dan ide-ide brilian.

Mantanku Dosenku - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang