Chapter 28

2.7K 118 7
                                    

Dalam seminggu, Adrian mengajar sebanyak dua kali di kelas Sarah. Hari ini ia akan mengadakan ujian dadakan setelah minggu lalu Adrian memberikan tugas. Adrian memasuki kelas lalu menyapa mahasiswa nya dan mengabsen mereka.

"Baik, karena minggu lalu kalian telah mengerjakan makalah yang saya suruh, maka hari ini saya ingin kalian mempresentasikannya didepan kelas."

Mendengar perkataan Adrian, seluruh mahasiswa langsung kasak-kusuk karena bagi mereka ujian ini mendadak.

"Jika kalian memang mengerjakan sendiri makalah kalian, pasti kalian juga memahami isi makalahnya. Jadi -- siapa yang akan maju duluan?"

Hening. Tidak ada yang siap untuk ujian hari ini. Adrian mengedarkan pandangannya dan semua menunduk takut kalau namanya terpanggil.

"Jadi tidak ada yang siap?" tanya Adrian dengan pandangannya yang tajam.

"Sa-saya, Pak." Seisi kelas menoleh kepada sumber suara dan menghela napas lega.

"Oke, kamu maju."

Sarah bangkit dari duduknya lalu berjalan kedepan.

"Siapa nama kamu?"

"Sa-Sarah." jawabnya gugup lalu ia memberikan sebuah flashdisk kepada Adrian. Setelah PPTnya sudah muncul dilayar, Sarah segera menjelaskan tentang isi makalah yang telah dibuatnya. Mata kuliah yang diampu oleh Adrian ini adalah mata kuliah tentang manajemen bisnis yang sangat disukai Sarah sehingga ia mudah memahaminya.

Adrian mengangguk-anggukkan kepalanya ketika Sarah selesai mempresentasikan makalahnya. Kemudian ia mengajukan beberapa pertanyaan mengenai isi makalah Sarah.

"Silakan duduk." Sarah mengangguk lalu meminta flashdisk-nya kembali.

"Terima kasih." ucapnya pelan lalu berjalan kembali ke kursinya.

"Baik, siapa lagi yang akan maju?" tanya Adrian kepada mahasiswa lain dan satu per satu mulai maju bergantian untuk mempresentasikan makalah masing-masing.

*
Jam telah menunjukkan pukul setengah enam sore tetapi mobil Pak Wawan belum juga terlihat memasuki area kampus. Dengan gelisah Sarah mencoba menelepon maminya namun maminya tidak juga mengangkat teleponnya. Kini ia menyesal mengapa tadi ia menolak Allyn untuk mengantarkannya pulang.

Sarah mendesah sambil menatap ponselnya. Ia menatap langit yang mulai gelap dan lampu-lampu disepanjang jalan kampus telah dinyalakan. Kini Sarah mencoba menghubungi Pak Wawan.

"Pak Wawan dimana?" tanya Sarah ketika terdengar suara Pak Wawan diseberang sana.

"Maaf, Mbak. Saya dibengkel. Tiba-tiba mobil mogok."

"Jadi Pak Wawan ga bisa jemput saya?" tanya Sarah seraya menggigit bibirnya.

"Sepertinya gitu mbak. Saya juga ga tau nih mobilnya selesai cepet atau lama."

"Ya udah deh saya pulang sendiri aja." Sarah menutup teleponnya lalu berjalan keluar kampus. Sore ini ia akan pulang naik angkutan umum.

Lalu sebuah mobil hitam berhenti didepannya membuat Sarah terkejut. Lalu Adrian keluar dan menghampirinya.

"Masuk." perintahnya. Namun Sarah hanya menatapnya bingung.

"Jangan buat saya mengulangi perkataan saya." Sarah tetap bergeming ditempatnya.

"Pak, saya--" Adrian membuka pintu mobil penumpang lalu mendorong Sarah untuk masuk.

Adrian menjalankan mobilnya perlahan keluar kampus.

"Maaf, Pak. Turunkan saya di halte saja." ucap Sarah pelan. Namun Adrian hanya diam dan melewati halte. Sarah menoleh kearah dosennya itu. "Pak--"

"Diam." suara Adrian yang dingin menusuk jantung Sarah. Gadis itu memalingkan wajahnya untuk melihat lampu-lampu jalanan.

Mantanku Dosenku - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang