Chapter 35

3.3K 142 0
                                    

Yang mau baca sampai tamat
Bisa langsung ke karyakarsa.com/monapple

Per 10 chapter cuma 10rb

😊😊

Sarah dan kedua sahabatnya itu sedang berjalan-jalan mengelilingi kampus karena matahari sedang bersembunyi dibalik awan. Suasana siang itu sangat sejuk agak sedikit mendung. Setelah mata kuliah kedua usai, ketiga sahabat itu berjalan ke gedung teknik yang baru. Kabarnya, disana ada kantin baru yang hampir semua makanannya enak dan layak direkomendasikan.

Suasana kantin yang lumayan ramai meskipun jam makan siang telah berlalu dua jam yang lalu tak menyurutkan niat ketiga anak ayam itu untuk mencicipi berbagai makanan disana. Mereka memesan makanan dan minuman mereka sendiri lalu mencari tempat duduk yang strategis.

Tak sedikit pasang mata yang memperhatikan ketiga gadis cantik itu karena memang sangat jarang ada gadis cantik nan feminim berada di gedung teknik. Namun ketiga gadis cantik itu hanya peduli dengan makanan yang baru saja diantar oleh bu kantin. Mencium baunya yang sedap, mereka segera mengambil sendok dan menyuapkan makanan kedalam mulut mereka.

"Hm... Enak banget!" pekik Sarah tertahan.

Gadis itu sedang memakan sepiring nasi goreng Hainan yang menurutnya sangat enak. Allyn dan Luna saling pandang lalu menyendokkan sendoknya ke piring Sarah untuk mencoba nasi goreng itu.

"Eh iya! Enak nih! Gue pernah makan yang kayak gini dulu di resto Jakarta."

"Fix tiap hari kita makan siang disini."

Begitu celotehan Luna dan Allyn yang diangguki Sarah.

Setelah selesai makan, ketiga gadis itu langsung kembali ke gedung kuliahnya karena masih ada dua mata kuliah siang itu.

*

Sudah tiga hari keluarga Adrian menginap di Malang dan hari ini mereka akan kembali ke Bandung karena masih ada pekerjaan yang menunggu. Adrian meminta ijin untuk tidak mengikuti rapat siang itu karena akan mengantar keluarganya ke bandara Juanda. Terlihat raut wajah Mona yang lesu karena ia tidak dapat melihat Adrian.

Ponsel Adrian berdering ketika ia fokus menyetir. Ia hanya sekilas melirik ponselnya lalu memasang handsfree bluetooth ke telinga.

Mona. Dosen muda itu yang menelepon Adrian. Ia mengatakan bahwa rapat berjalan lancar dan besok akan kembali dilanjutkan. Adrian mendengus sebal setelah menutup sambungan ponselnya. Jika perempuan itu hanya ingin mengatakan hal kecil seperti tadi, mengapa harus menelepon?

Itu akan menjadikan mama dan papanya curiga bahwa Mona adalah kekasihnya.

"Siapa, Yan? Cewekmu ya? Kok cuek gitu sih?"

See? Nadia yang kepo sudah mengajukan pertanyaan.

"Cuma temen kantor." jawab Adrian tetap fokus menyetir.

"Dosen juga?" tanya Bu Irene. Adrian mengangguk.

Terdengar Pak Awan menghela napasnya kasar. "Bulan depan kamu pulang. Papa ada pertemuan keluarga sama kolega papa. Anaknya masih semester akhir, mungkin tiga atau empat tahun lebih muda dari kamu. Papa harap kamu mau kenalan sama dia."

Kini giliran Adrian yang menghembuskan napasnya. "Ian akan pulang memenuhi undangan kolega papa. Tapi Ian ga mau dijodohin. Ian udah punya calon. Semoga papa mengerti."

"Dosen tadi?" selidik Pak Awan.

"Calon Ian masih semester tujuh."

"Hah?!" seru Bu Irene dan Nadia terkejut membuat Caca yang tertidur langsung menangis keras.

Mantanku Dosenku - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang