Chapter 48

2.9K 138 8
                                    

Sudah dua hari berlalu dan Adrian hanya memberi kabar sesekali. Itu pun ketika Sarah mengirim pesan terlebih dulu padanya.

Sejak pagi ia merasa tidak enak badan. Mungkin karena jadwal menstruasinya yang tak kunjung datang. Sarah pergi ke apotek untuk membeli obat pereda pusing yang dideritanya. Namun, apoteker itu malah menyarankannya untuk membeli sebuat test pack.

Sarah bingung ketika apoteker itu menanyakan tanggal menstruasinya bulan lalu dan ternyata ia telah terlambat tujuh hari. Karena tidak mendapat obat yang ia butuhkan, akhirnya Sarah kembali pulang untuk segera melakukan tes kehamilan sesuai saran apoteker.

Memang akhir-akhir ini ia lebih sensitif. Sensitif terhadap bau dan perasaan. Badannya juga pegal-pegal dan kadang merasa mual meskipun tidak sampai muntah.

Dengan hati berdebar, Sarah melihat hasil dari test pack tersebut. Ketika ia membaca hasilnya, kedua matanya terbelalak. Garis dua. Positif.

Ya Tuhan, aku hamil?

Sarah tak dapat membendung air matanya. Anugerah terindah yang telah Tuhan berikan inilah yang sedang mereka nantikan. Sarah segera menghubungi Adrian untuk memberitahu kabar baik ini. Namun lagi-lagi ia dikecewakan dengan suaminya itu. Ponsel Adrian tidak dapat dihubungi.

Keluar kamar mandi, Sarah segera membuat susu dan makanan untuknya dan calon buah hatinya yang mungkin masih seukuran biji jagung.

Perlahan ia mengelus perutnya yang masih rata seraya tersenyum.

Terima kasih sayang kamu sudah hadir.

*

Sarah memutuskan akan memberitahu Adrian tentang kehamilannya ini ketika pria itu sudah pulang. Ini akan menjadi kejutan yang sangat istimewa bagi suaminya yang super sibuk itu.

Setiap hari Sarah mengiriminya pesan dan kadang ia menanyakan kapan pria itu pulang. Sesekali Adrian akan membalas pesannya meskipun singkat, padat, dan jelas.

Hari ini ia akan berkonsultasi pada Harry tentang perkembangan skripsinya. Namun, dosen pembimbingnya itu memintanya untuk menemuinya disebuah kafe di mall. Karena tidak ada kegiatan lain, akhirnya Sarah menyetujuinya.

Siang itu Sarah dan Harry duduk berseberangan dengan kopi dan milkshake diatas meja. Harry telah selesai mengecek pekerjaan Sarah dan kini mereka mengobrol santai.

Sarah bertanya kepada Harry mengapa ia tidak ikut seminar di Jakarta dan Harry menjawab bahwa ia harus membantu istri temannya yang kesulitan mengerjakan skripsi. Sontak Sarah tertawa karena Harry malah membicarakan dirinya.

Kemudian Harry berkata bahwa hanya Adrian, Mona, dan salah seorang dosen saja yang pergi.

Sore itu Adrian sampai dengan keadaan rumah yang sepi. Setelah mengetuk pintu beberapa kali dan tidak ada jawaban, ia menelepon Sarah. Dalam deringan pertama wanita itu segera mengangkat teleponnya.

Seketika Sarah beranjak dari duduknya dan pamit pulang kepada Harry. Sarah yang panik karena suaminya itu sedang menunggunya di teras rumah langsung mengiyakan tawaran Harry untuk mengantarnya pulang.

Rahang Adrian mengeras ketika istrinya itu turun dari mobil yang sangat ia kenal. Dengan langkah cepat Sarah menghampiri Adrian. Senyum lebar yang ia pasang sebelumnya kini surut ketika pria itu menatap tajam padanya.

"Dari mana kamu?!" tanyanya dingin.

Sarah segera membuka pintu agar Adrian masuk dan membawakan kopernya.

"Dari mana?!" ulang Adrian membuat Sarah terkesiap.

"Bimbingan, Mas."

"Sejak kapan dosen pembimbing sampai mengantar mahasiswinya pulang? Hah?!"

Mantanku Dosenku - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang