Sarah dan Adrian duduk disofa di unit Adrian. Setelah laki-laki itu membalas pesan singkat Sarah, ia langsung memesan ojek online untuk bertemu Adrian.
"Kamu tau kan aku ga suka becandaan kayak gini?" tanya Adrian tenang. Namun hatinya tidak.
Sarah menatap kedalam bola mata Adrian lalu menggeleng pelan. Sarah telah menceritakan semua kepada Adrian tentang kejadian tadi sore di kampus.
"Aku serius, Mas." Adrian menghembuskan napasnya kasar.
"Liat aku!" Adrian menarik dagu Sarah memaksanya untuk menatapnya. "Kamu udah janji ga bakal ulangi kata-kata itu lagi." ucap Adrian dengan gigi terkatup. Ia sedang menahan amarah yang bisa sewaktu-waktu meledak.
Bulir air mata Sarah perlahan jatuh membasahi pipinya. Bibirnya bergetar menahan tangis.
"Kamu udah janji, Sarah!""Maaf, Mas." hanya itu kata yang dapat Sarah ucapkan sebelum kemudian akhirnya tangisnya meledak.
Adrian melepas cengkeraman pada dagu Sarah. Ia berdiri lalu meraup wajahnya kasar. Seumur-umur, baru kali ini ia merasa dipermainkan oleh seorang gadis.
"Mas... Aku ga mau kehilangan sahabatku."
Adrian menoleh pada Sarah yang terus menunduk.
"Dengan ngorbanin aku?!"
"Itu karena sahabatku juga suka sama kamu, Mas! Aku ga mau jadi pengkhianat."
Rahang Adrian mengeras.
"Kamu tau? Kamu udah jadi pengkhianat! Tiga bulan kamu mengkhianati sahabatmu."Sarah menelan ludahnya. Adrian benar. Ia telah mengkhianati Luna, sahabatnya yang sangat ia sayangi.
"Kalo jodoh kita pasti kembali bersama, Mas." ucap Sarah pelan. Ia tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan dan bicarakan.
Adrian tersenyum mengejek. "Apa?! Jodoh katamu?! Kamu inget ini, aku ga akan pernah mengemis cinta lagi sama kamu!" Kini Adrian tak bisa lagi membendung kemarahannya.
Sebelum ia meninggalkan Sarah, ia berkata, "Dan jangan pernah kamu tampakkan wajahmu didepanku." lalu ia masuk kamar dan membanting pintunya dengan keras.
Tangisan Sarah semakin keras dan memilukan. Dari awal ia yang bodoh telah menaruh rasa pada Adrian padahal ia tahu bahwa Luna mencintai laki-laki itu.
*
Sarah berjalan di trotoar menuju rumahnya. Ia pulang naik angkutan umum dan berhenti di gerbang masuk perumahannya. Sesekali ia mengusap air matanya namun air mata itu tambah deras ketika ia melihat sebuah kursi besi didepannya. Ingatannya langsung melayang pada malam dimana ia juga mengatakan putus pada Adrian. Kini kata-kata keramat itu terucap lagi dan tidak dapat ditarik kembali.Sarah sampai di rumah pada pukul enam sore dan ia langsung berlari masuk kamar. Setelah mengunci pintu, ia membanting tubuhnya diatas ranjang lalu kembali menumpahkan air matanya yang seakan tak ada habisnya.
Beberapa saat kemudian suara ketukan dipintu kamarnya membuatnya tersadar. Lalu suara Nathan yang menyuruhnya turun untuk makan malam terdengar. Sarah segera berlari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Pak Bryan dan Bu Lilian hanya memandang Nathan untuk meminta penjelasan tentang kedua mata Sarah yang bengkak dan memerah. Nathan yang dipandang oleh kedua orang tuanya hanya mengedikkan bahu tanda tidak tahu apa-apa.
Sarah memakan makan malamnya dengan tenang. Kali ini ia tidak banyak bicara. Setelah selesai makan ia pun langsung kembali ke kamarnya dengan alasan mau mengerjakan tugas.
Di kamar, Sarah memang mengerjakan tugasnya tetapi sesekali fokusnya tetap ke Adrian.
"Lagi ngapain kamu, Mas?" gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantanku Dosenku - END
عاطفيةWARNING 21+ Kisah anak kuliahan sama mantan yang kini jadi dosennya. "Janganlah terlalu membenci orang, apalagi seorang pria. Tuhan akan semakin mendekatkan kalian berdua." kata mami kala itu. Sarah Anindita, seorang mahasiswa baru yang berani mela...