05

99 49 9
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Al berjalan menuju mobilnya. Dia membuka pintu dan mendudukan Lyn didalam mobilnya. Dia berniat mengantar gadis itu pulang. Tapi saat Al akan menutup pintunya Lyn malah menahan tangannya.

Al menghela napas. "Gue anter lo pulang ya? "

Bukannya menjawab pertanyaan Al. Dia malah menangis. Membuat Al semakin bingung.
"Gue cuma mau nganterin lo pulang, jangan nangis." Walaupun Al adalah orang yang cuek dan terkesan tidak peduli pada orang lain. Tapi dia paling tidak bisa jika melihat perempuan menangis.

Lyn menggeleng kuat. "Ngga mau pulang."

"Harus mau, nanti orang tua lo nyariin." Al berusaha melepaskan tangan Lyn. Gadis itu malah semakin menangis.

"Ngga mau pulang, nanti dipukul sama papa." Pergerakan Al terhenti, dia menatap gadis didepannya dengan tatapan bingung.

Lyn menggengam tangan laki-laki itu. "Takut."

"Takut dipukul papa" lanjut gadis itu. Pasalnya dia yakin jika sampai ketahuan pulang jam segini apa lagi diantar seorang laki-laki. Papanya tidak akan memberinya ampun.

Al menelisik mencari kebohongan dari ucapan gadis itu. Namun dia sama sekali tidak melihat kebohongan dari mata gadis itu. Sekarang dia dalam kebingung. Dia tidak mungkin meninggalkan gadis ini sendirian. Tapi dia juga tidak mungkin mengajaknya pulang.

"Ya udah, lepasin dulu tangan gue."

Lyn menggeleng. "Gak mau, nanti kamu pergi."

"Gak pergi, tapi gimana gue nyetirnya kalo lo nya gak mau lepasin." Lyn diam beberapa saat, Tapi akhirnya dengan sedikit ragu Lyn melepaskan tangan Al.

Al menutup pintu mobil dan masuk kedalam. Kemudian dia menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan Lyn selalu memegang tangannya. Seakan-akan takut laki-laki itu akan pergi darinya.

***

Al membawa Lyn ke apartemennya. Kebetulan dia tinggal sendiri disini. Papa dan mamanya ada, rumahnya juga tidak jauh dari sini. Hanya saja terkadang dia lebih suka tinggal sendirian diapartemen. Ditambah jarak apartemen dan tempat latihannya sangat dekat. Jadi membuat Al lebih sering menghabiskan waktu di apartemennya.

Lyn memandang sekelilingnya, dia merasa tempat ini sangat asing baginya. Ada sedikit rasa takut dibenaknya. Dia semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Al. Seakan paham apa yang dipikirkan gadis itu. Al membuka suara.
"Ini apartemen gue." Lyn hanya diam dan menunduk,

Al melanjutkan "Gak ada papa lo disini. Tenang aja."

Mendengar itu dia tersenyum. "Makasih." ucapnya.

"Hm, sekarang lepasin tangan gue."

Lyn menggeleng. "Gak mau."

"Gue mau mandi."

Bukannya melepaskannya dia malah semakin mengeratkan pegangan tangan mereka. "Ikut."

Al melotot. "Gak usah ngaco."

Karna mendapat pelototan dari Al, Lyn menunduk "Takut." ucapnya pelan, tapi masih bisa didengar oleh Al.

Al menghela napas. "Gue cuma mandi bentar, lo tunggu aja disini."

Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Lyn menurut. dia memilih duduk disofa sambil menunggu Al selesai mandi. Jika dilihat-lihat dia seperti anak anjing yang sedang menunggu majikannya. Dia benar-benar patuh dengan apa yang diucapkan Al. Tadi sebelum pergi Al melarangnya untuk menyentuh apapun dan tetap duduk disofa. Sekarang lihat dia menurutinya.

Al keluar dari kamarnya menggunakan kaos oblong dan rambut yang basah karna baru selesai keramas. Melihat Al sudah selesai mandi Lyn tersenyum senang. Matanya berbinar seperti anak anjing. Dia sangat senang karna sejujurnya dia bosan jika hanya diam disini. Lyn berniat menghampiri Al. Tapi laki-laki itu malah mencegahnya.
"Udah disitu aja. Gue mau cari makanan."

Eksperinya seketika berubah sedih. "Ikut." pintanya.

"Gak usah, disini aja."

Lyn menggeleng, bukannya menurut dia malah menghampiri Al dan memeluknya. Dia tidak akan membiarkan laki-laki itu pergi darinya. Al menghela napas frustasi. Sungguh saat ini dia sangat merutuki Ega karna membawa minuman seperti itu diwaktu yang tidak tepat. Dan akibatnya malah Al yang kena imbasnya.

"Lo gak laper?." Tanya Al.

"Ngga, mau bobo aja."

"Oh, ya udah tidur. Kamarnya disitu." Al menunjuk kamar yang dimaksud. Tapi Lyn malah menatapnya.

"Apa?." Tanya al.

"Sama kamu."

"Hah? Gak." Mendengar penolakan dari Al bukannya menyerah Lyn malah menunjukkan puppy eyes padanya.

"Shit." Laki-laki itu mengalihkan pandangannya. Dia merutuki gadis didepannya mengapa harus memakai cara itu. Karena asal kalian tau saja dibalik sikapnya yang seperti kulkas berjalan. Dia itu sangat lemah dengan puppy eyes. Bahkan Keana sering memakai ini sebagai senjata terampuh jika ingin meminta sesuatu.

Al berdehem "Ya udah, oke gue temenin." Ucapnya pasrah.

Lyn tersenyum menang, Kemudian menarik Al masuk ke dalam kamar. Saat Lyn ingin memeluknya lagi. Al menghentikannya.

"Jangan peluk-peluk gue, badan lo bau alkohol." Mendengar itu Lyn cemberut.

"Ganti dulu." Lanjut laki-laki itu sambil memberikan bajunya kepada Lyn. Seketika ekspesi Lyn berubah menjadi tersenyum.
"Gantiin."

Al melotot. "Bego, ganti sendirilah."

Lyn mendengus, kemudian mengambil baju itu, Tapi saat Lyn ingin mengganti bajunya, Al malah panik.
"Goblok, ya jangan disini juga anjir."

Lyn malah menatap laki-laki itu tanpa dosa. "Kamu ribet."

Al memijat pangkal hidungnya. Dia benar-benar frustasi menghadapi gadis didepannya ini. Sekarang dia menyesali kenapa malah membawa gadis ini kemari.

"Itu ada kamar mandi, lo gantinya disana" Ucap Al frustasi.

"Oh, dikamar mandi ya."

"Hm."

Tanpa berniat membuat Laki-laki itu lebih kesal. Lyn segera masuk kekamar mandi untuk mengganti bajunya. Al merebahkan dirinya dikasur. Sungguh berbicara dengan gadis itu sangat menguras tenaganya. Baru saja dia ingin memejamkan matanya. Tiba-tiba pintunya terbuka memperlihatkan gadis itu keluar dengan menggunakan baju Al yang lebih mirip dress saat dipakainya.

Dengan cengiran khasnya, dia berhamburan mendekati Al. Kemudian dengan cepat memeluk Laki-laki itu. Mereka mirip seperti ayah dan anak yang tidak bertemu selama bertahun-tahun. Dia terus memeluk laki-laki itu dengan sangat erat. Seperti enggan melepasnya. Sedangkan laki-laki itu hanya diam. Tidak berniat untuk membalasnya.

"Katanya mau tidur?." Tanya Al.

Lyn mengangguk. "Tapi kamu jangan pergi."

"Iya, gue disini."

Mendengar itu Lyn tersenyum lebar kemudian mempererat pelukannya dan menyembunyikan wajahnya didada Al. Laki-laki itu masih diam, sejujurnya dia tidak terbiasa dengan suasana seperti ini. Tapi dia terpaksa melakukannya karna merasa kasian pada gadis didepannya ini. Jika tidak, dia mungkin sudah mengusir gadis ini dari tadi. Sekarang ini tugasnya hanya tinggal menunggu gadis itu tidur. dan ketika dilihatnya gadis itu sudah benar-benar tertidur. Dia baru akan bisa tidur dengan tenang.

_________________________________

Terimakasih sudah mampir,
Jangan lupa komen dan vote.

AERILYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang