11

80 43 3
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Lyn turun dari taksi dengan kondisi yang sangat kacau, rambutnya acak-acakan, wajahnya kusut dan dia tidak memakai alas kaki. Dari tadi semua orang yang ada dijalan menatapnya dengan tatapan aneh. Mungkin saja mereka mengira Lyn orang gila. Ya tidak heran, karena nyatanya sekarang ini penampilan Lyn 11 12 seperti orang gila.

Saat ini dia sudah berada ditempat yang sebelumnya dia sendiri tidak pernah berpikir akan kembali kesini. Ya benar, sekarang dia sudah berada didepan rumahnya. Dengan pikiran kacau akhirnya dia memutuskan kembali kesini. Dia tidak memiliki cukup banyak muka untuk kembali ke apartemen Al. Dia cukup tau malu karena laki-laki itu jelas-jelas telah mengusirnya. Lalu bagaimana bisa dia berpikir kembali ke apartemen itu. Dengan langkah gontai Lyn masuk kedalam rumah.

"Wah tuan putri udah pulang." Perempuan itu tengah duduk disofa sambari melipat tangan didada. Lyn tidak menghiraukan, dia memilih terus berjalan, tujuan utamanya saat ini adalah kamarnya.

Perempuan itu berdiri, kemudian menghadang Lyn.
"Mau kemana?."

"Minggir, gue lagi gak mau debat." Lyn menggeser perempuan itu dari hadapannya. Perempuan itu jatuh.

"MAS." Teriaknya sambil merintih kesakitan. Tak lama papa Lyn datang dengan raut wajah khawatir. Namun ketika dia melihat Lyn berada disana. Seketika ekspresi papa Lyn berubah menjadi marah, tanpa aba-aba dia mempar Lyn dengan sangat keras.

"Kamu apakan istri saya?!."

"Mas tadi dia dorong aku."

Lyn menghela napas,"Bohong pa, aku cuma nyuruh dia minggir."

"Mas sakit." Wanita itu merintih kesakitan. Kemudian papa Lyn membantunya bangun.

"Ngapain kamu kesini? mau nyakitin istri dan anak saya?!."

"Lyn gak pernah ada niatan gitu pa."

"Ya terus ini apa? Kamu itu emang anak pembawa sial."

Mendengar itu emosi Lyn memuncak, "IYA PA IYA AKU EMANG PEMBAWA SIAL."

"BERANI KAMU BENTAK SAYA?! DASAR ANAK GAK TAU DIUNTUNG!." Pria itu kembali menampar Lyn dengan sangat keras.

Lyn tersenyum miris sambari memegang pipinya yang terasa ngilu, "PUKUL AJA PA, AYO PUKUL. LAGIAN CUMA ITU KAN YANG BISA PAPA LAKUIN?." Papa Lyn menatapnya dengan dada naik turun, tanda bahwa dia sangat marah.

"Kenapa? Kan emang kenyataannya gitu? Papa inget kapan terakhir papa peluk aku? Papa tanya apa yang aku rasain? Usap kepalaku? senyum ke aku?."

Dia menggeleng "Gak kan?."

"KARENA PAPA GAK PERNAH NGELAKUIN ITU."

"LYN-." Ucapan Bagaskara dipotong oleh Lyn

"BIARIN LYN NGOMONG PA."Potong Lyn. "Aku GAK PEDULI PAPA MAU BILANG LYN ANAK DURHAKA, PEMBAWA SIAL, DAN SEBAGAINYA. LYN CUMA MAU NGOMONG..." Suaranya memelan,"Lyn capek pa, capek banget. Lyn juga pengen ngerasain disayang kayak orang-orang. Lyn juga pengen-" Dia menggantungkan ucapannya.


"Di sayang sama papa." Lanjutnya. dan Papa Lyn malah membuang Muka.

AERILYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang