24

64 35 4
                                    

.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading

Hari minggu, mereka berkumpul dirumah Al. Menonton film bersama sembari memakan cemilan. Laki-laki itu tidak pernah membiarkan stok makanan dirumahnya habis, itu membuat teman-temannya senang berada dirumahnya. Karena mereka tidak akan kelaparan. Bahkan terkadang mereka datang hanya untuk menumpang makan dirumahnya, terutama Bara dan Ega. Dua pria itu sering kali datang untuk menggeledah dapur Al hanya demi mencari makanan. Sedangkan sang pemilik rumah hanya diam sembari menghela napas, lantaran sudah hafal dengan sikap mereka.

Saat ini mereka tengah duduk didepan televisi dengan Al dan Lyn disofa panjang, kemudian disofa kiri ada Rey dan Keyla, lalu disofa kanan ada Keana dan Ares. Dan dibawah lantai ada tiga bujang jomblo yang dari tadi ribut memperdebatkan hal-hal tidak penting.

"Gue yang liat dulu." Protes Ega lantaran makanannya diambil oleh Bara.

"Bodo, gue yang ngambil dulu." Bela Bara.

"Tapi gue udah ngincer itu dari tadi." Ega tak mau kalah.

"Ya kan siapa cepat dia dapat." Ujar Bara.

"Gak bisa! orang gue duluan yang liat."

"Gue dulu yang ngambil!."

"Ngalah! gue lebih tua."

"Harusnya yang tua, yang ngalah."

"Gak bisa!."

Keana melempar kulit kacang pada Ega, "Bang Ega ribut ih."

"Mampus." Bara tertawa meledek.

"Anj-" Ega ingin membalas melempar kulit kacang pada Keana, 

"Apa?." Tanya Ares.

"Gak, gue mau lempar ke tempat sampah." Jawab Ega. Kemudian melempar kulitnya ketempat sampah kecil disamping sofa. Keana menjulurkan lidah tanda mengejek. Ega membalasnya dengan memberikan jari tengah.

"Udah." Tegur Ares.

Kemudian mereka semua melanjutkan menonton film. Tapi tak berselang lama Ega dan Bara kembali meributkan alur cerita film. Arga memijat pangkal hidungnya melihat tingkah kedua temannya itu, ia memilih berdiri dan berpindah tempat disebelah kiri Lyn yang kebetulan memang kosong.

"Gak tahan ya?." tanya Lyn

Arga mengangguk dengan muka melas.

Lyn terkekeh, "Sabar ya bang, pasti tekanan batin temenan sama mereka."

"Jelas kalo itu." Al berdehem sembari mengeratkan genggaman tangannya pada Lyn. Namun, gadis itu malah semakin asik berbicara dengan Arga.

"Anggep mereka titipan tuhan, bang." Ucap Lyn diselingi kekehan.

"Titipan tuhan? kayak anak aja."

"Hahaha kalo gitu anggep aja anaknya bang Arga."

"Amit-amit."

"Loh, kenapa?."

"Gak mau punya anak kayak mereka."

"Terus maunya?."

"Punya anak dari lo." Celetuk Arga, membuat semua orang beralih menatapnya. Bahkan Al memberikan tatapan tajam pada Arga. Meskipun mereka dari tadi sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tapi diam-diam mereka menyimak percakapan mereka berdua.

"Apa nih udah main anak-anakkan aja." Ujar Ega. Lyn menggaruk kepalanya lantaran bingung harus berekspresi seperti apa.

"Bercanda anjir" Jawab Arga

AERILYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang