.
.
.
.
.
.
.
.
Happy ReadingHari ini adalah hari pertama Lyn kembali kesekolah. Sebenarnya Al melarang Lyn untuk masuk sekolah lantaran melihat kondisi gadis itu yang belum benar-benar pulih. Tetapi karena Lyn takut akan semakin tertinggal pelajarannya ia tetap memaksa untuk masuk. Dengan syarat apapun yang terjadi ia harus mengabari laki-laki itu.
Saat ini Lyn tengah melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi lantaran semua siswa sudah pulang. Dan hanya tinggal beberapa siswa yang masih ada di lingkungan sekolah itupun bisa ia hitung dengan jari.
Suara langkah kaki gadis itu menggema dikoridor sekolah ia baru saja keluar dari ruang guru untuk menemui guru mapelnya guna mengejar pelajaran yang tertinggal selama ia tidak masuk sekolah.
Sebenarnya tadi Keyla dan Keana memaksa untuk menemani Lyn karena takut gadis itu kenapa-napa apa lagi kondisi tubuhnya belum benar-benar pulih. Membuat kedua temannya itu menjadi lebih protektif. Padahal ia hanya ingin menemui guru kemudian setelah urusannya selesai ia akan pulang.
Langkah Lyn terhenti lantaran sayup-sayup ia mendengar suara. Kepalanya bergerak untuk mencari sumber suara tersebut. Hingga kemudian matanya tertuju pada toilet perempuan. Ia merasa suara itu dari sana. Karena penasaran perlahan Lyn mulai berjalan mendekati toilet tersebut.
"kakak mau apa?." Lyn mengerutkan kening mendengar itu.
"Ssst diem, Zahra." Perintah seorang laki-laki yang suaranya sangat familiar ditelinga Lyn.
"Kak aku mau pulang."
"Gue bilang diem!." Gertak laki-laki itu.
"Buru-buru banget sih dek." Sahut seorang pria lainnya. Lyn menyimpulkan kalau ada lebih dari satu laki-laki didalam sana.
"Kak jangan macem-macem!."
"Kita gak macem-macem dek, tenang aja."
"Kak!." Gadis itu memekik
"Tolong-"
Ceklek
Lyn membuka pintu toilet yang kebetulan tidak terkunci. Semua orang yang berada didalam sana sontak menoleh kearahnya. Lyn bisa melihat terdapat seorang gadis tengah dipojokkan oleh tiga pria.
"Kalian ngapain?." Tanya Lyn. Salah satu laki-laki yang sangat ia kenal berbalik menghampirinya.
"Rio?."
Laki-laki itu tersenyum miring, "Yeah its me, apa kabar?."
"Siapa?." Tanya teman Rio yang memiliki kulit hitam.
"Mantan gue." Jawab laki-laki itu sambil berjalan semakin mendekat. "Mau ikut main?." Tawarnya.
"Lo gila!." Lyn mendorong dada Rio agar menjauh darinya. Kemudian ia menarik tangan gadis yang ia ketahui adalah adek kelasnya itu untuk keluar.
"Stop." Rio berdiri dihadapan Lyn. "Siapa yang nyuruh lo pergi?."
"Minggir!" Perintah Lyn.
"Kalo gue gak mau?."
"Gue bisa teriak."
Rio terkekeh, "Coba aja kalo bisa, lagian gak akan ada yang denger. Semua orang udah pulang."
"Lo mau apa sih?!" Tanya Lyn jengah. Mereka saling menatap, dengan Lyn memberikan tatapan sengit dan Rio yang menatapnya dengan senyum miring.
"Lo nanya gue mau apa?." Pria itu mendekatkan wajahnya pada telinga Lyn. "Gue mau lo hancur." Bisiknya.