.
.
.
.
.
.
.
Happy ReadingLyn menatap Al yang tengah duduk disofa dengan mata yang fokus pada layar laptop. Gadis itu menimang-nimang akan menghampirinya atau tidak. Ia ragu lantaran melihat kekasihnya sangat sibuk dengan layar laptopnya dan ia takut menganggunya. Namun, disisi lain jika ia tidak menegurnya laki-laki itu akan terus bekerja hingga besok pagi.
Lyn menarik nafasnya panjang sebelum kemudian berjalan menghampiri Al.
"Sibuk banget ya?." Tanyanya sembari mendudukkan tubuhnya disebelah Al.
"Hm."
"Makan dulu."
Laki-laki itu menoleh, "Kamu udah?."
"Udah."
"Ya udah." Kemudian ia kembali fokus pada layar laptop.
Lyn mendengus, "Emang batu."
"Loh apa?."
"Aku nyuruh kamu makan, Al."
"Iya nanti."
"Kebiasaan."
"Nanggung."
"Nanggung." Lyn mengikuti perkataan Al.
"Apa?."
"Besok lagi."
"Dikit lagi"
Lyn menghela napas, "Bener?."
"Iya." Gadis itu menyerah. Ia lebih memilih diam sembari menemani Al dengan kerjaannya. Ia menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa. Tanpa ingin menganggu laki-laki itu.
Selanjutnya, hanya ada keheningan diantara mereka. Baik Al maupun Lyn sama-sama diam. Menyisakan hanya ada suara ketikan keyboard dari laptop milik Al.
"Kenapa?." Tanya Al membuka suara.
"Apanya?."
"Kamu."
Gadis itu menggeleng, "Gapapa."
"Sakit?."
"Ngga, cape aja."
"Hm?."
"Gapapa Al." Laki-laki itu menoleh, Kemudian menatap wajah Lyn untuk beberapa detik.
"Apa?." Tanya Lyn lantaran merasa aneh ditatap seperti itu oleh Al. Namun, bukannya menjawab laki-laki itu malah menutup laptopnya. Kemudian beranjak berdiri.
"Tunggu." Ucapnya sambil berjalan pergi.
Lyn mengerutkan kening, "Lyn, untung stok kesabaran lo banyak."
Gadis itu memejamkan matanya sembari memijat pangkal hidungnya, untuk mengurangi rasa sakit yang menjalar dikepalanya.
Tiba-tiba ia merasakan seseorang menyentuh keningnya, dengan spontan Lyn membuka matanya. Dan ia mendapati kekasihnya itu tengah duduk disebelahnya dengan jarak yang sangat dekat. Membuat jantung Lyn terpacu.
"Ganteng." Ceplosnya.
Laki-laki itu tersenyum, "I know."
Shit, ia bisa gila kalau begini terus. Pacarnya ini diam saja sudah membuatnya jantungan apa lagi senyum seperti itu. Kadar ketampananya naik 1000 kali lipat dari biasanya. Pantas saja banyak gadis yang secara terang-terangan naksir dengan laki-laki itu.
Lyn berdehem, "Kamu ngapain?." Tanyanya.
"Apanya?."
"Ini."
Al menaikkan satu alisnya, "dahimu lebam."
"Hah?."
"Gak sadar?."