07

93 47 5
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Aerilyn POV
     Aku pergi kedapur untuk membuat makanan. Kemudian aku membuka kulkas dan mataku bergerak mencari makanan apa yang ada didalam. Sampai akhirnya mataku tertuju pada beberapa bungkus pasta. Ku pikir pasta lebih baik, terlebih lagi cara membuatnya juga simple.

Tanpa pikir panjang aku mengambil pasta itu, dan kemudian memasaknya. Tidak hanya itu aku juga memasak beberapa daging untuk pelengkapnya. Walaupun aku tidak terlalu bisa masak. Tapi aku sering membuatnya saat dicafe. Aku tersenyum senang melihat semua yang ku masak telah matang.

"Saatnya plating."

Aku berjalan untuk mengambil piring. Tapi saat aku akan mengambil piring. Tiba-tiba saja terdengar suara kembang api yang sangat keras dari luar. Dengan spontan aku menutup telingaku.

Pyarr...

Piring itu jatuh. Dan kakiku lemas. Kejadian itu kembali berputar dikepalaku. Kejadian 3 tahun yang lalu, Yang merupakan penyebab dari segala penderitaanku saat ini. Aku duduk dibawah meja sambil memeluk lutut. Aku kalut.

Lyn disini dulu ya...

Kamu pembunuh...

Mama nanti balik lagi...

Lebih baik kamu mati...

Aku semakin menutup telingaku, Tubuhku gemetar. Semua kata-kata itu terus menggema ditelingaku.

"Aku bukan pembunuh."

"Demi tuhan aku bukan pembunuh."

Aku terus memukul dadaku yang terasa sangat sesak. Sampai tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat ke arahku. Aku menelungkupkan kepalaku kedalam lipatan kedua kaki.

"Mama..."

Tubuhku berkeringat dingin. Aku ketakut. Sekeras apapun aku memanggil mama dia tidak akan pernah datang. Sampai kemudian suara itu, suara yang membuat tangisku seketika pecah.

"Lyn?."

Author's POV

   Al menatap gadis itu bingung. Dia menangis dan tubuhnya gemetar.

Dengan sedikit ragu Al bertanya padanya.
"Are you oke?." Sebenarnya ini sedikit bodoh. Karna sudah jelas gadis itu sedang terlihat tidak baik-baik saja.

Lyn menutup telingannya.
"Ada ledakan." Ucapnya panik.

Al mencoba menenangkan.
"Gak ada apa-apa, Itu cuma kembang api."

Lyn menggeleng. Kemudian menunjuk kesembarang arah. "M-mama ada didalam sana. D-disana ada ledakan" 

Dia memegang tangan gadis itu, dingin. Lyn menatapnya dengan sorot mata ketakutan. Sungguh dia merasa kasian, kemudian dengan ragu Al menariknya dan memeluknya.
"Calm down please."

Dia memeluk gadis itu sambil mencoba menenangkannya.

Tubuhnya masih gemetar.
"Mama..." Lirihnya.

Al memeluknya semakin erat. Dia bingung harus berbuat apa.
"Its oke, calm down." hanya itu yang bisa dia katakan. Karna dia bahkan tidak tau apa yang terjadi.

Gadis itu perlahan berangsur tenang. Membuat Al menghela napas lega.

"Aku bukan pembunuh, Al." Lirihnya lagi.

Al mengangguk.
"Iya, gue percaya."

***

Al membawa Lyn untuk duduk disofa. Saat ini perasaannya sudah tenang. Mereka semua menatapnya dengan pandangan khawatir. Tidak terkecuali Al.

Keyla memegang tangan Lyn. "Maaf ya Lyn gue lupa kalo lu takut suara keras."

Lyn mengangguk. "Its okey."

Ega melirik mereka. "Pacaran terus sih."

Keana berdecak. "Bang Ega jangan ngompor-ngomporin dong."

"Loh kan bener."

Rey menengahi. "Gak usah ribut. lo juga sama aja, ga." Ega terdiam.

"Yang jelas kita semua salah." Lanjutnya. Mereka semua mengangguk setuju.

Lyn tersenyum. "Makasih udah khawatir."

Dia merasa sangat beruntung karna banyak yang mengkhawatirkannya.

Lalu karna sudah larut malam Arga mengajak mereka pulang. "Ayo pulang, Takut nanti makin malem." Mereka Mengangguk setuju.

"Lyn gue pulang ya, kalo ada apa-apa lo hubungi gue oke?." Ucap Keana sambil memeluk Lyn. Lyn membalas pelukannya kemudian mengangguk.

"Bang Al, titip Lyn ya." Ucap Keyla.

"Nitip-nitip kek apaan." Jawab Ares.

"Ya gapapa, biar dijagain gitu."

Al berdehem. "Iya dah sana pulang."

"Ngusir njir." Ucap Bara.

"Iya gue ngusir, mau apa lo?." tanya Al tak sabar.

Mereka tertawa, Kemudian pamit pulang. Lyn menatap laki-laki itu. Dan entah kenapa dia merasa laki-laki itu berbeda. Sungguh, bahkan mantannya Rio tidak pernah sepeduli itu pada Lyn. Pada awalnya Lyn mengira dia itu adalah laki-laki berhati batu. Tapi kini ekspetasinya dipatahkan oleh perlakuan laki-laki itu padanya. Dia bahkan sekarang merasa tidak menyesal karna tempo hari mencium Al. Atau mungkin bisa dibilang saat ini dia telah jatuh cinta dengan laki-laki itu(?)

"Ngapain bengong?." Ucap Al membuyarkan lamunannya.

Lyn menggaruk kepala. "Gak papa."

"Hm, sana masuk. Gue mau tidur."

"Good night." Ucap Lyn.

Al menaikkan alis. "ya."

"ya? Kenapa gak too?."

"Ribet."

"Gitu aja ribet?."

Al menghela napas. "Iya, too."

Kemudian Al masuk kedalam kamarnya meninggalkan Lyn yang sedang tersenyum sambil melihat punggungnya yang perlahan menghilang.

________________________________

Maaf kalo kurang ngefeel😭 gue pesimis banget akhir-akhir ini. But have fun avv

Jangan lupa vote and komen.


AERILYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang