30

51 35 23
                                    

.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading

Sudah sekitar tiga puluh menit mereka berputar-putar didaerah ini. Namun hasilnya tetap nihil. Gadis itu tidak ada disini. Bahkan saat ini yang mencari tidak hanya lima orang melainkan sepuluh orang yaitu ditambah dengan Arga, Ega, Bara, Sena, dan satu teman Ares yang kebetulan tinggal didaerah sini.

"Udah lima kali kita muter-muter tapi tetep aja gak ada." Ujar Rey.

"Pacar maneh kek ditelan bumi, Al." Ega ikut bersuara.

"Mungkin aja dia pulang?." Ujar Teman Ares yaitu Farel.

"Gak ada, gue udah tanya mama." Jawab Rey.

"Kerumah papanya mungkin." Sahut Bara.

"Gak ada, aku udah nanya bi Imah tadi." Jawab Keyla.

"Teleponnya gak aktif ya?." Tanya Sena. Mereka menggeleng.

"Apa mungkin ke makam mamanya?." Keana menebak-nebak.

"Masa kemakam malem-malem." Jawab Ega.

"Ya kan bisa aja."

"Saran gak jelas."

"Gue bilang mungkin aja anjir." Baru saja Ega akan membalas Ares lebih dulu bersuara.

"Udah, ga. Jangan berantem." Tegur Ares.

"Gue mulu perasaan." Gerutu Ega.

"Kita lapor polisi aja gimana?." Tanya Bara

"Belum 24 jam." Jawab Ares.

"Terus gimana?."

"Mending kalian pulang dulu, ini udah malem, kita lanjut besok aja." Saran Farel. Mereka semua mengangguk setuju. Kecuali Al, laki-laki itu dari tadi tidak bereaksi apapun. Ia hanya diam, dan enggan pergi dari tempat itu

"Ayo bang pulang." Ajak Keana. Al menatap adeknya dalam diam.

"Lyn gak akan kenapa-napa." Ujar Keana menenangkan. Al menghela napas, akhirnya mau tidak mau ia ikut pulang bersama mereka.

***

Seorang gadis tengah diikat disebuah ruangan yang minim pencahayaan. Terdapat beberapa luka lebam ditubuhnya. Gadis itu membuka matanya setelah hampir dua jam pingsan. Ia mengeram pelan saat merasakan sakit yang menjalar dibagian kepalanya. Hal terakhir yang ia ingat ada seseorang yang memukulnya dari belakang. Setelah itu ia kehilangan kesadarannya. Sedangkan luka ditubuhnya ia sendiri tidak tau kenapa.

Tiba-tiba terdengar suara knop pintu diputar, tidak lama pintupun terbuka. Terlihat dua orang masuk kedalam. Gadis itu kembali memejamkan matanya saat sayup-sayup ia melihat dua orang itu berjalan mendekat.

"Kita mau apain dia?." Tanya seorang wanita.

"Gak tau, nunggu papa aja." Jawab laki-laki yang berdiri disebelah wanita itu.

"Aku masih bingung Rio." Ujar Wanita itu

"Kenapa Tara?." Tara adalah panggilan yang dibuat Rio untuk Tamara.

"Papamu mau hancurin Bagas, tapi kenapa kita harus nyulik Lyn? Padahal kita juga tau Bagas gak akan peduli bahkan kalo anaknya mati." Dada Lyn terasa sesak mendengar itu, ia ingin menyangkal namun faktanya memang begitu.

Rio terkekeh, "kita liat aja ya sayang." Tamara mengangguk paham.

Tiba-tiba seorang gadis masuk kedalam ruangan. Wajahnya terlihat kesal pada laki-laki itu. "Papa sama anak gak ada bedanya!." Celetuk gadis itu.

AERILYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang